Hehehe
SunaOsa Angst hehe
.
.
.Dalam gelap, Osamu memandangi setiap titik hujan yang membasahi kaca jendela kamarnya. Udara dingin menghapiri, sehingga tangannya menarik selimut untuk melindungi tubuhnya, mengabaikan pintu kamar yang terbuka dengan suara langkah kaki yang semakin mendekat padanya.
"Kau belum tidur?" tanyanya pada Osamu.
Osamu tersenyum manis karena mengenal suara itu. Namun, dia memilih diam tak bersuara dan tetap membiarkan dirinya dalam kenyamanan.
Suna berjalan menghampiri Osamu yang masih setia duduk di atas tempat tidurnya. Kedua pasang mata akhirnya bertemu saat Suna duduk di hadapan Osamu. Bisa dilihatnya senyum terukir di wajah tampan Suna. Senyuman yang selalu mampu menariknya tenggelam dalam pesona kekasihnya.
Hanya cahaya yang berasal dari lampu di luar rumah yang menjadi sumber penerang bagi mereka. Tapi tak memperburuk indera penglihatan keduanya.
Osamu menjulurkan tangannya, menyentuh helaian rambut Suna. Dia bisa merasakan air hujan membasahi rambut sang kekasih. Menandakan bahwa kekasihnya itu telah menerobos derasnya hujan.
"Apa kau sangat terburu-buru?" tanya Osamu sembari menarik tangannya dari surai lembut Suna. Sebuah tawa kecil terdengar dari bibir Suna.
"Kau sudah makan?" kali ini Suna bertanya. Osamu mengangguk.
"Obat?" tanya Suna lagi. Osamu kembali mengangguk.
"Bagaimana acara pertunangan mu?" Osamu mengambil alih pertanyaan. Sebuah pertanyaan yang membuat senyum Suna memudar secepat kilat.
Suna turun dari atas tempat tidur Osamu. Langkahnya berjalan menjauhi Osamu dan berdiri tepat di depan kaca jendela yang dibasahi air hujan. Tubuh tingginya berhasil menghalangi pandangan Osamu.
"Aku tidak menghadirinya," jawab Suna dengan suara dingin. Osamu hanya menghela napas. Dia tahu lelaki itu tidak menyukai pembahasan yang sedang coba dibahasnya.
"Kenapa?" Suna membalik tubuhnya mendengar pertanyaan Osamu.
Matanya kembali menatap wajah pucat pasi Osamu. Osamu tidak buta, dia bisa melihat raut wajah kekecewaan Suna. Amarah tersirat di sana. Osamu sadar, tidak seharusnya dia bertanya saat dia telah mengetahui dengan pasti jawabannya.
"Aku mencintaimu! Harus berapa kali aku mengatakannya?!" nada suara Suna meninggi. Tatapannya begitu dingin tapi Osamu tetap menatap pria itu. Suna memalingkan wajah setelahnya.
Sunyi. Ini bukan kali pertama bagi Suna untuk mengatakan kata 'cinta' pada Osamu. Dia mendapatkan pengakuan Suna hampir disetiap percakapan mereka.
Dering telepon memecah sunyi. Suna mengambil handphone miliknya dari dalam saku celana dan menerima panggilan masuk. Osamu bisa menebak, pasti telepon dari ibu Suna. Salah satu dari sekian banyak orang yang menentang kedekatan keduanya. Wanita yang begitu membencinya. Hingga tanpa lelah terus mencari wanita terbaik untuk menjadi pendamping putra semata wayangnya.
Osamu bisa mendengar teriakan dari ujung telepon. Suna bahkan menjauhkan handphone dari telinganya. Semua kemarahan ibu Suna, selalu Osamu percayai sebagai kesalahan dirinya sendiri.
Tak lama, perhatian Suna kembali tertuju pada derasnya hujan di luar sana dan memilih diam untuk beberapa saat.
Osamu turun dari atas tempat tidurnya. Suna tak menyadari keberadaan Osamu di dekatnya, hingga Osamu menyandarkan kepalanya pada punggung lebar Suna dan memeluknya, membuat jantung Suna berdetak cepat.
"Dari begitu banyak manusia, kau adalah satu-satunya yang aku inginkan untuk tetap bersamaku selamanya. Tapi, aku tidak bisa memberikan apa yang kau inginkan," ucap Osamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miya Osamu Harem S2
RomansaHalo Halo Haloo~ Jadi ini adalah cerita tentang Osamu yang mengharem, selamat menikMATI para readers ku tersayang.. Up kalau lagi pengen 😗