Chapter 3: Mimpi Yang aneh

21 4 0
                                    

Saat Yuto tertidur, dunia mimpi membuka pintunya. Ia merasakan dirinya melayang, terbawa oleh angin yang lembut. Di hadapannya, seorang dewa muncul. Cahaya memancar dari tubuhnya, dan matanya berkilauan seperti bintang.

"Dewa," gumam Yuto, "apakah ini mimpi?"

Dewa itu tersenyum. "Tidak, Yuto. Ini adalah dunia antara kenyataan dan mimpi. Aku adalah penjaga alam semesta ini."

Yuto tercengang. "Apa yang ingin kau tanyakan padaku, Dewa?"

Dewa menatapnya dengan penuh kebijaksanaan. "Bagaimana kabarmu setelah cukup lama hidup di dunia ini sebagai Yuto Fujinaga?"

Yuto menjelaskan pengalaman hidupnya, bagaimana ia menjadi bagian dari Klan Kirin, teman-temannya, dan impian yang ingin dicapainya. Dewa mendengarkan dengan penuh perhatian.

"Yuto," kata Dewa, "tidak lama lagi, akan ada kejadian yang akan mengubah hidupmu. Kau akan menjadi seorang pahlawan, tetapi aku tidak bisa memberikan waktu pasti kapan itu terjadi."

Yuto bingung. "Mengapa tidak memberitahuku lebih lanjut?"

Dewa tersenyum. "Karena takdir adalah misteri. Kau harus menghadapinya dengan ketabahan dan keberanian. Ingatlah, Yuto, pahlawan bukanlah yang memiliki kekuatan terbesar, tetapi yang memiliki hati yang tulus."

Sebelum Yuto bisa bertanya lebih lanjut, ia terbangun. Matahari pagi menyinari kamarnya. Ia bangkit dan keluar dari kamar. Ayahnya sudah bersiap-siap untuk mengajar di sekolah Klan Kirin, dan ibunya sedang menyiapkan sarapan.

Yuto masih terpikirkan tentang mimpinya. Ia duduk di teras rumah, memandang langit cerah. Ibu menyapanya, "Eh, Yuto, kamu sudah bangun?"

Yuto menoleh dan menjawab, "Iya, Bu." Ayahnya berangkat, mengucapkan salam khas Klan Kirin, dan mengelus kepala Yuto sebelum pergi.

Yuto bersiap mandi. Di depan rumah, Elara dan Ruisu datang, mengajaknya bermain. Ibunya meminta mereka menunggu sebentar karena Yuto sedang mandi. Setelah selesai, Yuto terkejut melihat Elara dan Ruisu sedang mengobrol dengan ibunya di teras.

Mereka bermain bersama, dan ibunya mengizinkan. Yuto harus hati-hati dan tidak terlalu jauh dari rumah. Elara berkata, "Kami akan hati-hati, Bu." Yuto juga menjawab, "Baik, Bu."

Mereka berjalan-jalan sekitar desa dan bertemu anak laki-laki dengan rambut kuning cerah yang menangis di pinggir semak-semak. Yuto, Elara, dan Ruisu mendekat dan bertanya mengapa dia menangis. Anak itu menoleh, dan Yuto terkejut dan menyadari sesuatu yang aneh...

"Tensei no Monogatari"  -  転生の物語Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang