Matahari baru saja menampakkan sinarnya yang hangat, menerobos celah-celah jendela kamar Yuto. Udara pagi yang segar bercampur dengan suara burung yang riang, menciptakan suasana yang damai. Yuto, yang masih mengenakan piyama bergambar naga, duduk bersila di atas tatami, membuka buku pelajarannya. Sebulan lagi, ia akan memulai hari pertamanya di sekolah, dan ia ingin siap.
Ayahnya, Yuriko, telah pergi sejak fajar menyingsing, meninggalkan rumah dalam kesunyian yang hanya diisi oleh suara alam. Yuto merindukan kehadiran ayahnya, tetapi ia tahu bahwa tugas sebagai pendamping Shiru adalah prioritas.
"Yuto," panggil suara lembut ibunya, Akari, dari dapur. "Sudah waktunya sarapan."
"Baik, Ibu," jawab Yuto, menutup bukunya. Ia berjalan menuju dapur, di mana aroma miso soup dan nasi hangat sudah menunggu.
Setelah sarapan, Yuto meminta izin kepada ibunya untuk berkeliling desa. "Tentu, tapi hati-hati," pesan Akari sambil memberikan senyum hangat.
Yuto mengangguk dan melangkah keluar, menghirup udara pagi yang menyegarkan. Ia berjalan melewati rumah-rumah tetangga, menyapa mereka yang sudah mulai beraktivitas. Tiba-tiba, ia melihat seorang anak laki-laki yang bermain dengan anjingnya di depan sebuah rumah. Anak itu, yang tampak seumuran dengan Yuto, adalah anggota keluarga Dirsu.
Yuto memperhatikan mereka sejenak, lalu memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya. Ia berjalan menuju bukit yang terletak tidak jauh dari rumahnya, tempat sebuah pohon besar berdiri kokoh. Di bawah naungan pohon itu, Yuto duduk dan membuka bukunya lagi.
Sambil membaca, kenangan tentang pertemuannya dengan Ruisu dan Elara muncul dalam pikirannya. Senyum tipis terbentuk di wajahnya saat ia mengingat hari itu. Itu adalah kenangan yang indah, penuh dengan tawa dan kepolosan masa kecil.
Waktu berlalu, dan matahari sudah mulai condong ke barat. Yuto menutup bukunya dan berdiri, menggeliat sejenak sebelum berjalan kembali ke rumah. Ia tahu bahwa hari-hari yang akan datang penuh dengan tantangan dan petualangan baru, tetapi untuk saat ini, ia menikmati kedamaian yang diberikan oleh desanya.
Ketika ia sampai di rumah, ibunya sudah menyiapkan teh sore. "Bagaimana hari ini, Yuto?" tanya Akari.
"Indah, Ibu," jawab Yuto sambil tersenyum
Mereka berdua duduk di depan rumahnya, menikmati teh sambil menonton matahari terbenam. Dan di saat itulah, Yuto merasa bersyukur untuk setiap momen yang ia miliki, di desa kecil yang dipenuhi dengan cinta dan kehangatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Tensei no Monogatari" - 転生の物語
Fantasihiroshi Selalu dibuli oleh teman nya, Lalu ia bersedih dan Duduk di tepi sungai di kota nya,Lalu memandangi langit sore dengan wajah sedih,ia memutuskan untuk bunuh diri dengan Melompat dari jembatan kereta, Tapi sebelum Ia lompat dia Sudah menulis...