Renjani menutup pintu, membiarkan Tristan di luar dan masih berdiri di dekat mobilnya."Maaf, Mbak, itu yang di luar apa nggak disuruh masuk?" tanya Mbok Limah.
"Nggak usah, Mbok. Sebentar lagi juga dia pergi." Renjani melangkah menuju dapur. Mualnya harus diredakan dengan segelas air madu dan lemon hangat.
"Saya buatkan, Mbak? Apa Mbak mual lagi?"
"Nggak usah, Mbok. Mbok istirahat aja, sudah malam."
Perempuan paruh baya itu mengangguk lalu meninggalkan Renjani sendiri di dapur. Suara rinai kembali terdengar, setelah reda sejenak tadi, rupanya langit masih ingin menyapa bumi dengan airnya.
Kepulan asap menyebar aroma lemon hangat. Menenangkan sebenarnya, tetapi tidak bagi Renjani. Pikirannya masih ada pada Tristan. Ucapan pria itu tak bisa diabaikan begitu saja olehnya. Pun demikian dengan foto kedekatan Pricilla dengan mantan suaminya itu.
"Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan? Kenapa bisa dia tahu keberadaanku? Kenapa sulit sekali melupakan dia?" gumamnya sembari membawa secangkir minuman hangat ke meja makan.
Sementara di luar, tanpa diduga oleh Renjani, Tristan memilih berdiam diri di mobil. Hawa dingin dan hujan seperti tak membuat dirinya berubah pikiran untuk meninggalkan halaman rumah Renjani.
[Tristan, kamu di mana? Mama telepon kenapa nggak diangkat?]
Dia menarik napas dalam-dalam. Lalu membalas pesan itu.
[Tristan di rumah teman, Ma. Maaf, tadi Tristan nggak dengar.]
[Kamu nggak lihat berita heboh di medsos? Atau paling nggak di kantor kamu? Kamu nggak tahu ada kasak-kusuk tentang kalian berdua?]
Keningnya berkerut. Pertanyaan sang mama mengingatkannya pada ucapan Renjani soal medsos.
[Ada apa di medsos, Ma?]
[Kamu sama Pricilla.]
Dua gambar dia terima, dan itu sudah cukup untuk membuatnya mengumpat.
[Mama minta kamu segera pulang! Orang tua Pricilla meminta Mama agar kamu bicara soal pernikahan kalian segera ke publik!]
Tristan tak membalas, dia meletakkan ponsel ke dasboard lalu menyandarkan kepalanya di headrest.
"Jadi foto itu sudah sampai ke Renjani?" gumamnya. "Pantas dia seperti membenciku dan tidak mau mendengar apa pun yang disampaikan."
"Sial!" pekiknya tertahan sembari memukul kemudi.
"Tapi siapa yang mengambil foto itu?" tanyanya bermonolog. "Apa ini rencana Pricilla?"
Guntur tiba-tiba bergemuruh disertai kilat, hujan pun semakin deras. Bersamaan dengan itu listrik mati.
"Ya Tuhan," gumamnya. "Renjani, kamu harus tahu apa yang sebenarnya terjadi. Bagaimana aku bisa menjelaskan semuanya kalau kamu tidak mau mendengar penjelasanku?" Lagi-lagi dia bermonolog.
Tristan menatap kediaman Renjani. Terlihat remang cahaya dari dalam. Dia melihat jam tangan menunjukkan pukul sepuluh malam. Tak ingin menunggu esok, Tristan keluar dari mobil melangkah menuju rumah mungil bercat putih tersebut.
Dengan hati-hati dia mengetuk pintu sembari memanggil nama Renjani.
"Renjani, tolong buka pintunya, aku mau bicara. Aku nggak bisa menunggu sampai besok. Tolong, Renjani."
"Aku tahu kamu belum tidur. Tolong buka ...."
Tristan mundur saat pintu terbuka. Seorang perempuan paruh baya menatap penuh tanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Anak Haram (Mau Update Cepat Bisa Langsung Ke KBM App)
RomanceRenjani dan Tristan saling jatuh cinta hingga akhirnya menikah, tetapi ternyata di tengah perjalanan pernikahan mereka, diketahui bahwa ternyata mereka adalah saudara sedarah. Atas nama hukum mereka harus berpisah. Namun, Tristan yang benar-benar me...