"Denger Tante Aaralyn, kamu nggak akan bisa bangun klinik impian kamu dan jangan harap kamu bisa berhasil,"
Caitlyn mengepalkan tangannya saat kalimat Serinda kembali terngiang-ngiang di otaknya, apa yang Serinda katakan membuat kepalanya menjadi panas. Meskipun itu bukan pertama kali Serinda bilang seperti itu pada dirinya, terkadang membuat Caitlyn jadi pesimis dan tidak yakin dengan impiannya.
Caitlyn membanting pintu Grab-car dan berjalan cepat menuju kafe Kopikai - tempat dimana biasanya Geng Bengkel nongkrong, tapi baru saja dia akan menggeser pintu bersamaan dengan itu, Agra, Danian, Haidar keluar dari kafe dan rencananya mereka bertiga akan pergi ke tempat Biliard.
Keempat nya sama sama kaget tidak menyangka akan bertemu disini. Tapi kekagetan itu hanya sesaat ketika mereka melihat mata dan hidung Caitlyn yang merah.
"Astaga Lin?! Lo kenapa anjir?" Agra pertama kali sadar. Ia langsung menarik Caitlyn dan mendudukkannya di kursi saat satu titik air mata Caitlyn menetes.
Caitlyn merasa nafasnya tercekat. Dadanya sakit. Air mata yang berusaha ia tahan akhirnya pecah saat Agra berjongkok didepan menatapnya khawatir, Caitlyn menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan terisak disana.
Haidar mengambil tissue di meja sebelah dan mengelap keringat Caitlyn, "Lin? Lo kenapa???"
Caitlyn tidak menjawab, masih menangis menutup wajahnya. Agra dan Haidar jadi bingung.
"Lagi ada masalah Lin?" Tanya Haidar lagi, masih juga tidak dijawab.
Melihat Caitlyn menangis sesenggukan begitu. Tanpa sadar Danian mengepalkan kedua tangannya sampai uratnya terlihat, dia berpikir ini semua pasti ulah cowok yang dihajar nya didepan pagar sekolah gara gara meminta nomor telepon Caitlyn tetapi tidak di dapatnya berujung keduanya berkelahi. Dan sialnya Danian harus mendapatkan surat panggilan orangtua karena tertangkap berkelahi oleh wali kelasnya sendiri.
"Lo kenapa Lin? Ada cowok yang berani mainin lo lagi?" Tanya Agra lembut.
Caitlyn menggeleng, perlahan ia mengusap air matanya dan mengatur nafasnya. Danian memberikan tissue lagi dan membantu nya mengelap pipi Caitlyn yang basah.
"Nggak papa, nangis aja kalo masih pengen nangis, cerita nya pelan pelan," Danian mengusap punggung Caitlyn yang masih naik turun.
Beberapa menit mereka menunggu sampai Caitlyn benar benar tenang. Caitlyn pun mulai menceritakan kejadian yang dialaminya dirumah.
"Itu ... uang yang gue tabung dari SD ... " Caitlyn mulai menangis lagi, ia langsung mengusap kasar air matanya, "dipake sama Ibu tiri gue ... semuanya abis dia pake buat belanja, padahal kan itu buat gue bangun klinik suatu hari nanti, gue nabung susah payah tapi dipake begitu aja sama dia,"
KAMU SEDANG MEMBACA
MAITRĪ
Romance"Geng Bengkel dan Klinik pasti bakal terwujud!!! percaya sama gue!" Caitlyn, Agra, Danian dan Haidar. Empat orang sahabat yang memiliki impian membangun sebuah bengkel dan klinik bersama di masa depan kelak. Keempatnya bersekolah di SMA Jayawisnu Ba...