Siapa yang tidak mengenal Flora?
Bagi sebagian cowok, tiap penampilan Flora adalah sebuah pengecualian yang tak terlupakan. Dengan seragam putih yang memeluk tubuhnya secara ketat, rok yang melambai jauh di atas lutut, dan wajah yang memesona, mustahil bagi seorang Flora untuk tidak menarik perhatian. Seperti saat ini, adegan seorang cowok yang meratap di hadapannya telah menjadikan lorong sekolah seperti pasar di tengah hari.
"Aku mohon. Berikan aku kesempatan lagi," desaknya tanpa rasa malu.
"Denger ya, Vin. Gue udah males. Minggir," balas Flora sambil mengibaskan kakinya. Bukannya tersinggung, Kevin justru semakin merayu.
"Flora, kamu gak bisa mutusin aku kayak gini."
Flora bersidekap. Dua gadis di belakangnya tertawa melihat bagaimana ia sedang bersiap untuk menghancurkan hati seseorang dan menghina mereka di hadapan banyak orang, lagi. Iya, ini untuk kesekian kalinya dalam sebulan ini.
"Seharusnya dari awal Lo tau gimana cara main gue. Dan kalo gue udah bilang putus, seharusnya Lo cukup cerdas untuk ngerti artinya. Gue gak butuh Lo lagi."
"Tapi, aku bener-bener suka kamu. Tolonglah..."
"Kevin, gue cuma bakal ngulang ini sekali. Pastiin ini masuk ke kepala lo yang isinya cuma dada sama selangkangan, doang." Flora menundukkan tubuhnya, memperlihatkan sedikit belahan dadanya. Meskipun sedang merayu, Kevin tidak mampu menahan pandangannya untuk tidak melirik ke sana. Kevin melihat pergerakan mata cowok itu dan menghela nafas.
See, every single guy just stupid. Can't argue with that.
"Inget!!!. Jangan ngomong sama gue lagi. Mulai sekarang, kita-" Flora mendorong lutut Kevin dengan ujung sepatunya. "-putus!"
Tiba-tiba, lorong yang dipadati oleh siswa itu gemuruh. Dipenuhi dengan tawa, celaan, dan sorakan. Flora hanya mengangkat dagunya, menikmati kekacauan yang ia ciptakan."Tunggu, tunggu Flo. Kita masih bisa jalan lagi. Aku bakal ngelakuin apa pun yang kamu mau. Aku janji. Aku bakal beliin apa pun yang kamu mau, apa pun."
Namun, sayangnya Flora sudah memiliki segalanya yang dimaksud oleh cowok itu. Ia merasa muak dengan cowok di depannya ini. Dengan sikap angkuh, Flora melangkah pergi, tak mau berlama-lama meladeni drama yang Kevin buat. Flora meninggalkan segala drama dari lelaki yang baru saja ia pacari seminggu yang lalu. Kerumunan di sepanjang lorong berkicau menyaksikan pertunjukan menarik tadi. Tidak sedikit dari mereka, terutama cowok, yang mengikuti langkah Flora. Merasa telah mendapatkan peluang.
Dia, Flora Shafiqia Agatha.
Gadis paling memukau namun sarat dengan masalah. Dengan tiap tindakan kejamnya yang mematahkan hati siapapun yang ia kehendaki. Tidak ada yang bisa menyangkal hal itu. Jika ada yang mengatakan bahwa ia tak memiliki hati, Flora akan tertawa sambil bertepuk tangan dengan tinggi.
Memangnya, masih ada yang punya hati di dunia ini?
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Edelweiss.
RomanceDihadapkan pada dilema antara menyerah pada takdir atau mengejar kebahagiaan dalam pelanggaran norma. Aku mengenal kamu. Lalu, aku mengerti cinta.