04 • Terjebak.

637 91 10
                                    

-
.
.
.
.

Ketka bel sekolah berbunyi menandakan pelajaran telah usai dengan guru yang meninggalkan kelas. Ferrel yang masih terfokus pada buku catatannya, tiba-tiba merasakan sebuah lengan yang melingkari lehernya dengan kuat, membuatnya mendongak ke atas. Serentetan pikiran langsung memenuhi benaknya, namun sebelum ia sempat bereaksi, tangan kanannya yang hendak memasukkan buku juga ditahan seseorang. Membuatnya terkunci tak bergerak.

"Fio, pegangin tangan yang ono. Set dah pake diem. Cepetan, bangke!" ucap Jason memerintah. Fionn tampak memutar matanya pun merasa paham apa yang dimaksud temannya itu lalu memegangi tangan Ferrel dengan malas.

"Ape nih?" Tanya Ferrel dengan santai. Seolah kelakuan teman-temannya itu merupakan hal bisa. Seluruh kelas yang sudah bersiap pulang pun memperhatikan mereka sambil melintas.

"Kita gak bakal lepasin sebelum lo cerita!" Ujar Rolland yang sedari tadi mengunci leher Ferrel. Mengerti jika topik apa yang akan dibahas, Ferrel tidak bisa menahan dengusannya keluar.

"Kok lo bisa tiba-tiba disosor Flora? Ini Flora weh, njir Floraaa... Flora yang gue tanya!" Tambah Jason berteriak di telinga Ferrel. Cowok itu hampir menggulirkan matanya keluar. Persis seperti saat dia menyaksikan kejadian tadi siang di lapangan.

"Apa sih, jauh-jauh lo anjing." Ucap Ferrel jengah atas perbuatan teman-temannya.

"Lo ada hubungan apa sama Flora? Kenapa lo bisa-bisanya dicipok cewek paling mantep di sekolah? Di lapangan pula! Ditontonin anak satu sekolah! Anjirrr!" Kali ini Jason yang meneriaki kuping Ferrel.

"Padahal tiap kali kita kita ngomongin Flora lo selalu keliatan gak suka. Belagak doang lo. Nyatanya apa hah kampret dasar!" Lanjut Rolland tidak terima.

Merasa risih dengan kelakuan teman-temannya, dan juga omong kosong yang mereka sampaikan, Ferrel menarik tangannya yang di pegang oleh Fionn dengan mudah. Terlalu mudah karena sepertinya Fionn pun tidak berniat memegangi Ferrel sama sekali. Dibanding Jason dan Rolland yang bersikap heboh, Fionn justru terlihat bingung.

Ferrel kemudian memutar tangan Jason yang memeganginya, lalu menarik lepas cengkraman Rolland di lehernya. Sangat mudah bagi Ferrel melakukan itu semua meski teman-temannya sudah mengerahkan tenaga lebih.

"Buset, kuat bener," gumam Rolland mengusap pergelangan tangannya yang tadi di cengkram Ferrel. "Lo makan obat kuat apa gimana dah. Kita bertiga lo sendiri, astaga."

Jason menoyor kepala Rollang kesal. "Makannya yang bener, kambing," lalu kembali menatap Ferrel. "Jadi? Jelasin lah, kenapa? Mengapa? Dan gimana? Lo pacaran sama Flora? Gimana bisa? Sejak kapan?"

"Gue gak pacaran sama itu cewek." jawab Ferrel tenang. Jawaban yang sudah dia sampaikan sebelumnya namun tidak dihiraukan sama sekali. Baginya, menanggapi todongan pertanyaan teman-temannya sejak tadi sangat menyebalkan. Membuatnya ingin segera pergi dari sana.

Ferrel melihat layar ponselnya. Terdapat notifikasi dari jadwal yang sudah ia atur sebelumnya muncul di layar. Membuat Ferrel berkemas dengan segera karena tidak ingin terlambat.

"Lo mau kemana, kimak!, belum kelar ini kita ngebahasnya." Tahan Jason. "Kalo lo emang gak pacaran, terus jelasin sama kita-kita kenapa Flora nyium lo depan anak-anak? Maksud gue kenapa dia nyium lo, kenapa gak gue?"

"Nah!" Ujar Ferrel kesal. "Cewek gila itu kan yang nyium gue. Lo tanya aja sama orangnya noh. Jangan ganggu gue." Ferrel bangkit sembari menggantungkan tasnya di bahu. "Lo ikut?" Tanyanya pada Fionn yang sedari tadi hanya diam.

"Gak deh. Gue ada urusan hari ini." Sahut Fionn.

"Oke, gue duluan." Ucap Ferrel seraya beranjak pergi.

Edelweiss.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang