07 • Bingung II

544 91 9
                                    

''Hati-hati kepada siapa kamu membenci''
.
.
.
.

Yori sudah meminta Ferrel sebulan lalu untuk menonton pertunjukan tari bersama teman-teman sekelasnya. Ferrel selalu datang, bahkan termasuk saat pembagian rapor Yori. Duduk di antara ibu-ibu yang menunggu nama anak mereka dipanggil. Menggantikan Papanya yang tidak mungkin berada di sana. Ferrel tidak ingin Yori merasa jika Papanya kurang perhatian pada mereka. Meskipun benar, setidaknya bukan sekarang Yori menyadari kenyataan itu.

''Nah, sekarang kita ke mana?'' tanya Flora. Cewek itu sudah mengganti sepatunya dengan sendal selop ungu miliknya.

Mungkin keputusan Ferrel untuk membawa Flora ke pertunjukan Yori mungkin terkesan sedikit berlebihan. Pasalnya, dia belum pernah memperkenalkan seorang wanita pun kepada keluarganya. Meskipun sikap jutek Yori terhadap Flora bukanlah perkenalan yang sebenarnya, tinggal menunggu waktu sebelum Yori membicarakannya di rumah.

''Gue anter lo pulang.''

Flora menoleh. Menatap Ferrel tidak percaya. ''Kok, pulang!?'' Ia kemudian melihat jam di tangannya. ''Jangan cemen, ah.''

''Gue ada urusan. Lagian kita udah jalan.''

''Kita bahkan belum ke mana-mana.'' kata Flora sambil memutar tubuhnya sedikit agar menghadap Ferrel. ''Jangan bilang nonton pertunjukkan pentas anak SMP lo sebut nge-date?''

''Lo cuma minta jalan sama gue. Lo gak bilang secara spesifik ke mana tujuannya. So, itu udah bisa gue sebut 'jalan'.''

''Ih. Gak mau.'' rengek Flora menarik ujung kaus Ferrel. ''Gue gak mau pulang gitu aja. Kaki gue udah jadi korban gini, dan lo harus tanggung jawab!'' Flora semakin keras menarik baju Ferrel.

''Bisa bawel gini, yakin itu kaki beneran sakit?''

Flora menyentak tarikannya. ''Maksud lo gue boong gitu!? Lo liat gak, ini kaki udah merah gini! Terus jatohnya, duh mana ngga estetik lagi jatoh gue. Mana banyak orang. Harga diri gue masih ketinggalan di sana kayaknya. Terus lo bilang gue boong?'' Flora bersidekap. ''Dasar pacar jahat!''

Ferrel menghela nafas. ''Udah, deh, diem. Drama banget.''

''Belok kiri, Rel.'' Tunjuk Flora yang merupakan arah menuju club. Lalu, Ferrel membelokan mobil ke arah kanan.

''Yahhh....'' Flora menilik ke luar jendela. ''Ferrel, kesanaaa...'' tunjuk Flora ke luar jendela dengan bibir melengkung.

''Enggak.''

''Ada urusan apa sih, lo? Kaya pejabat aja lo.'' Sejenak Flora memincingkan matanya ke arah Ferrel, lalu menyeringai. ''Lo mau tanding tinju lagi?''

Ferrel menoleh cepat. ''Lo tau dari mana?''

Flora tersenyum semringah. ''Gue itu mendalami karakter. Karena kan gue cewek lo, jadi secara gak langsung kita udah sehati aja. Gimana? Keren, gak?''

''Najis.''

''Oke.'' Flora menangkup kedua tangannya di dada. ''Kalo gitu gue mau ikut lo aja.''

''Gak.''

''Tapi, Rel, gue mau liat lo mukulin orang lagi.'' Flora mencondongkan wajahnya dengan menampilkan mata binarnya. ''Ya? ya? ya?''

Edelweiss.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang