-
.
.
.Ferrel bukannya tidak tahu, ia sangat menyadari mobil sedan hitam di belakangnya itu sudah mengikuti sejak keberangkatannya bersama Flora siang tadi. Kini, ketika langit menggelap pun mobil itu masih setia menjaga jarak aman di belakang. Sesaat, ia menoleh ke arah kursi penumpang. Setelah berceloteh tanpa henti menceritakan apa pun yang ia lihat, Flora akhirnya tertidur di sana dengan kepala bersandar pada jendela.
Banyak hal berputar di kepala Ferrel saat ini. Mulai dari pilihan Flora mengajaknya menemui ibunya yang sudah meninggal. Juga keheranan Ferrel tentang Flora, diumurnya yang sebesar itu tidak mengetahui cara berdoa. Dan sekarang, ditambah dengan orang- orang yang membuntuti mereka.
Ferrel terlanjur penasaran. Ia menepi di pinggir jalan. Mobil di belakang pun juga ikut berhenti. Ferrel menoleh ke arah Flora sesaat, lalu turun dan mengunci mobil dari luar. Cowok itu menyembunyikan kedua tangannya di dalam saku untuk menghalau dingin. Keadaan jalan terbilang sepi karena masih berada di kawasan yang jauh dari kota. Dengan langkah pasti, ia menghampiri mobil sedan berwarna hitam itu.
Ferrel mengetuk kaca mobil. "Permisi."
Kaca mobil bergerak turun dan menampilkan orang kaku berpakaian serba hitam. Di sebelahnya, duduk seorang lagi dengan tampilan serupa.
Ada yang bisa saya bantu?" tanya Ferrel. "Tidak ada." Sahut laki-laki itu. Tanpa ekspresi.
"Anda mengikuti mobil saya sejak tadi siang. Jika tidak salah, itu namanya membuntuti. Bukannya tidak wajar jika Anda mengikuti seseorang tapi tidak memiliki kepentingan apa-apa?"
Laki-laki di belakang kemudi kemudian turun diikuti teman sebelahnya. Salah satu di antaranya berhadapan langsung dengan Ferrel yang memiliki tinggi tidak jauh berbeda.
"Saya pengawal Nona Flora. Saya bertugas menjaganya."
Kalimat datar itu terdengar jelas sekaligus mengejutkan. "Kenapa dia harus dikawal?"
"Itu bukan urusan Anda." Sahut laki-laki itu. "Saya memiliki tanggung jawab untuk melindungi Nona dari orang jahat dan dari keterlibatan pada hal berbahaya apa pun. Itu sudah cukup menjelaskan keberadaan saya di belakang mobil Anda hari ini."
Ferrel menyipitkan matanya. Tampak tidak terintimidasi sama sekali, meski ia hanya berseragam sekolah. "Menurut Anda, saya bisa membahayakannya?"
"Apa pun keterlibatan seseorang di lingkungan Nona Flora patut dicurigai. Tidak terkecuali. Itu artinya Anda juga berpotensi mencelakai Nona."
Ferrel membalas tatapan laki-laki itu lurus. Mencari informasi pada orang kaku ini tentu tidak akan berhasil. Mereka sudah dilatih untuk mengatakan apa yang boleh dan tidak untuk dikatakan.
"Flora aman bersama saya." Ucap Ferrel. Seakan ingin menegaskan jika keberadaan orang itu di sana tidaklah penting. Ia berlalu dari sana menuju mobil. Memasang sabuk pengaman dan menyalakan mesin. Flora masih bersandar pada kaca dan terlihat semakin nyenyak walau dalam posisi duduk.
Dengan perlahan, Ferrel menarik cewek itu mendekat. Membuat kepala Flora jatuh di bahunya. Satu tangannya lurus merangkul bahu Flora agar cewek itu mendapatkan posisi nyaman. Dan, dengan satu tangannya lagi, ia mulai menjalankan mobilnya dengan perlahan.
Ferrel melirik ke kaca spion dan melihat mobil itu mulai berjalan mengikuti. Kemudian beralih sesaat pada cewek yang sedang ia jaga tidurnya ini. Sekarang sudah jelas. Tidak bisa ditangguhkan. Bahkan oleh Ferrel sendiri. Jika ia sangat penasaran kepada Flora.
***
Perlu usaha lebih bagi Ferrel untuk memarkirkan mobil hanya dengan satu tangan. Selama perjalanan, Flora beringsut semakin mendekatinya. Bahkan kini, Ferrel sudah bisa merasakan pegal dan kram pada bahunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Edelweiss.
RomanceDihadapkan pada dilema antara menyerah pada takdir atau mengejar kebahagiaan dalam pelanggaran norma. Aku mengenal kamu. Lalu, aku mengerti cinta.