s e b e l a s

11.1K 806 13
                                    

Haii lagii

Vote duluuuu

Selamat membaca, ya.
Moga-moga suka.

1k vote, bisa?

—•—
Happy reading!!
—••—

"Shibal, kenapa Aezar jadi begitu?" Gumam Adara di mobil taksi yang Ia naiki untuk perjalanan kembali ke sekolahnya.

Adara menggigiti kuku jarinya, menandakan cemas. Tentu saja, alur novel terlalu melenceng untuk kisah para antagonis ini.

Sedikitnya Adara lega karena para protagonis pria maupun wanita tidak terkena dampak dari kedatangannya ke dunia ini.

Novel Vania Happiness tetap berjalan meskipun dengan peran antagonis yang berantakan.

Adara sampai di depan gerbang sekolahnya yang tertutup rapat, berjalan lesu menuju ke pos satpam agar membiarkannya masuk dan mengikuti pembelajaran.

Beruntungnya si satpam tidak banyak bertanya, apalagi tentang kebohongan yang Ia lakukan tadi.

Melihat wajah lesunya, pasti satpam itu tidak mau ikut campur.

Alih-alih berjalan ke kelasnya yang pasti sedang sibuk mendengarkan ocehan guru Sejarah, Adara justru membawa kakinya ke gudang belakang. Tempat bolos paling apik milik Aezar.

Suasananya masih sama, Adara menyalakan AC yang diam di pojok ruangan. Matanya mengedar, mencari apakah ada makanan yang bisa Ia makan disini.

Tidak mungkin Adara pergi ke kantin, guru konseling biasanya memutari area sekolah untuk mencari siswa-siswi yang sengaja membolos kelas.

"Yah, nggak ada makanan. Laper deh," gumam Adara sembari mengelus perutnya.

Adara meringis pelan ketika merasa sakit saat menyentuh sisi pinggang kirinya. Matanya menatap awas ke sekitar, takut-takut kalau ada kamera pengawas yang melihat kelakuannya.

Adara mengangkat kemeja putih yang pas di tubuhnya, sejak masuk ke tubuh ini, Adara tidak terlalu memperhatikan banyak.

Saat ini Adara melihat ada luka goresan sekitar tiga setengah senti, lukanya sudah kering tapi masih meninggalkan rasa sakit kalau di pegang.

Apa ini juga ulah Aezar?

••••

"Aduh, Adaraa. Enak banget lo bolos, sedangkan gue harus dengerin ocehan Bu Opi ngomongin cerita hidupnya. Lagian, lo kenapa nggak ngajak gue bolos hah? Tega banget sama gue, hiks."

Naya mendramatisi Adara yang dengan muka tanpa bersalahnya masuk ke kelas di satu jam pelajaran terakhir.

Beruntungnya tidak ada guru yang sedang mengajar, free class yang dimanfaatkan semua murid untuk melakukan hal semaunya.

"Gue ke rumah Aezar." Jawab Adara, tangannya menggaruk kepala bagian belakang.

Matanya mengedar, beberapa siswi sibuk merias wajah, bahkan ada yang sedang menyatok rambutnya.

Sedangkan siswa disana sibuk berkumpul dengan tangan memegang handphone masing-masing.

Tangan Adara beralih mengusap perutnya yang tiba-tiba gatal. Masalahnya, Adara lupa kalau bagian gatal itu adalah tempat goresan luka yang masih terasa sakit.

Become An Antagonist? [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang