d e l a p a n b e l a s

5.8K 410 7
                                    

Haii lagii

Vote duluuuu

Selamat membaca, yaa
Moga-moga sukaa.

——
Happy reading!!
————


Aezar tumbang. Lawannya kali ini benar-benar melampaui batasnya.

Saat sudah terpuruk dengan tubuh terkulai di tanah bangunan ini, hampir saja Akhtar dan Vega menendangnya, Ansel, Pratama, dan Reyza datang menolongnya.

Laki-laki yang dipanggil "Mil" itu langsung beranjak pergi ketika Pratama dan Reyza melawan Vega dan Akhtar.

Ansel membantu Aezar berdiri dari ketumbangannya. "Gue mau cari Adara dulu. Lo bantu Pratama sama Reyza disini." Ucap Aezar.

Ringisan terdengar dari mulut Aezar, wajahnya babak belur parah. Adara pasti tidak suka melihat wajahnya kali ini. Tapi Aezar harus melihat wajah Adara agar hatinya tenang.

Meski dengan terseok-seok, Aezar sampai di depan pintu yang ditandainya sedari datang ke gedung kosong ini.

Pintu coklat tua dengan bangku penyangga di depannya.

Brak!

Berhasil terbuka.

Matanya terpaku dengan Adara, perempuan itu berada di dalam sana sembari mendongak menatap atap yang sudah menguning itu.

"Ra?" Panggil Aezar.

Panggilan itu mampu membuat Adara berhenti mendongakkan kepalanya. Lega. Laki-laki dengan wajah babak belur di hadapannya berhasil membuatnya percaya. "Terimakasih, Zar." Ucap Adara tulus.

Aezar tersenyum meski nyeri di wajahnya sudah tidak tertolong. "Lo akan selalu gue temukan, sesulit apapun kelihatannya, Ra."

Perkataan itu mampu membuat Adara tersenyum manis.

Lalu setelah ini, apakah Ia bisa menahan perasaannya supaya tidak jatuh?

••••

"Maafin gue, Zar. Karena gue, lo harus terluka parah kayak gini."

Ucapan maaf itu belum sempat tersampaikan Adara saat Aezar menolongnya tadi.

Laki-laki itu saat ini sedang rebahan di bangsal rumah sakit. Wajahnya sudah di obati, lengannya di perban karena banyak luka, kakinya lebam kebiruan.

Siapapun akan meringis melihat keadaan Aezar saat ini.

Aezar menggeleng, tatapannya tidak teralihkan dari Adara sedari perempuan itu menjenguknya malam ini.

Setelah kejadian sore itu, Aezar dibawa ke rumah sakit dan Adara diminta pulang.

Untuk mengobati rasa bersalahnya, Adara berniat menjenguk laki-laki itu.

"Gue oke kalau harus terluka lebih dari ini, kalau yang gue selametin itu lo, Ra." Perkataan itu membuat Adara berdecih.

Tangan Aezar menggenggam tangan Adara sedari tadi.

Become An Antagonist? [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang