l i m a b e l a s

8.5K 613 17
                                    

Haii lagii

Vote duluuu

Selamat membaca, yaa
Moga-moga suka

700 vote, bisa?

—•—
Happy reading!!
—••—

Di bangku sebelah kanan Adara ada Naya yang sibuk dengan capitan bulu mata, mejanya penuh peralatan make up. Tidak sempat tadi, katanya.

Adara menghela nafas gusar, bingung, tidak tahu mau berbuat apa.

Sedangkan handphonenya berbunyi nyaring, menampilkan notifikasi pesan dari Aezar yang menyepamnya dengan telepon dan pesan singkat.

"Duh, diangkat deh, Ra. Puyeng banget gue lihatinnya." Naya mendumel dengan tangan memegang maskara miliknya.

Adara mengangkat bahu, "yaudah jangan dilihat." Ucapnya cuek.

Adara menatap ke pintu kelas. Di lorong depan kelasnya ada beberapa murid yang asik mengobrol dengan bersandar pada tembok.

Adara menghela nafas, kepalanya merebah ke meja di hadapannya. Wajahnya menghadap ke jendela yang berada persis di sampingnya.

Suasana kelas yang bertambah ramai tidak membuat Adara mengangkat kepalanya untuk melihat yang terjadi.

Sedangkan Naya terdengar bersenandung, lagu yang akhir-akhir ini sering perempuan itu dengar.

Siku Naya mengetuk punggung Adara yang memejamkan mata berkali-kali.

"Sut, anjir. Woi, Ra!" Panggil Naya berbisik.

Adara berdecak, apakah Naya tidak tahu kalau siku perempuan itu menyakiti punggung miliknya?

"Apaan, sih?" Sentak Adara kesal.

"Aezar ada di depan tuh, eh jalan kesini anjir!"

Adara mengangkat kepalanya. Tepat di depan mejanya, Aezar berdiri dengan tangan mengarahkan handphone di telinganya.

"Kenapa nggak angkat telepon gue?"

Adara mengangkat bahu. "nggak dengar." Cuek Adara.

Aezar melirik ke meja Adara. "Handphone di depan mata kayak begini? Tetap nggak dengar?"

Adara mengangguk, "iya, gue nggak mau tahu."

Aezar menghela nafas. "Ikut gue!" Titahnya.

"Nggak mau. Ada mapel pak Di."

Pak Dira, atau biasa dipanggil Pak Di adalah guru paling kejam. Tidak ada toleransi untuk murid-murid yang bolos di mata pelajarannya.

Guru laki-laki yang mengajar pelajaran bahasa Inggris itu punya wajah sangar namun tampan.

Oke, cukup membicarakan guru itu karena sekarang beliau sudah berdiri di dekat pintu kelas.

Pantas saja kelas ini mendadak terasa sangat hening.

Naya diam-diam memberesi peralatan make-upnya. Terlihat dari wajahnya yang berusaha tenang agar kali ini, dirinya tidak ketahuan membawa bermacam lip ombre, maskara mahal, dan pensil alis baru miliknya.

Become An Antagonist? [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang