Haii lagii
Vote duluuuu
Selamat membaca yaa,
Moga-moga sukaa.Aku mah aku liatin aja vote jomplang gituu, jujurly aku ngga nuntut kalian buat vote terus tapi vote itu bantu aku semangat nulisnya.
Kalo terlalu jomplang jadi agak nurun semagatku buat nulis.
Maaf yaa kalo semangatku on off on off, cowoku fiksi soalnya.
—
Happy reading!!
———Dua hari adalah waktu yang lama bagi Aezar karena Ia tidak bisa bertemu dengan Adara.
Ansel, Reyza, dan Pratama hanya bisa menghadapi segala bentuk rengekan tidak langsung dari Aezar.
Lamunan Aezar buyar kala Ansel menepuk bahunya. Tangan Ansel menunjuk pada sebuah handphone yang tergeletak tak berdaya di atas meja.
Siang ini mereka sedang nongkrong di gudang sekolah. Markas paling nyaman bagi mereka.
"Apa?" Tanya Aezar tidak paham.
Ansel menghela nafas. "Handphone lo bunyi dari tadi." Ucap Ansel lalu mendudukan diri di samping Aezar yang duduk tidak bertenaga sedari puluhan menit lalu.
Aezar dengan tidak semangat membuka handphone dengan wallpaper wajah Adara yang sedang tersenyum.
Dua panggilan tidak terjawab dari Adara mampu mengembalikan semangat hidup Aezar yang menghilang selama dua hari ini.
"Sel, Adara telepon gue, Sel." Aezar mengguncang tubuh Ansel yang fokus menatap handphone.
Ansel hanya bergumam mengiyakan. Setidaknya, rengekan Aezar akan mereda, atau menghilang setelah ini.
"Gue mau ke rumah Adara dulu. Lo jagain duo curut yang tidur itu, ya." Titah Aezar lalu langsung pergi setelah menyambar jaket hitamnya di belakang pintu gudang.
Aezar berjalan terburu-buru dengan perasaan senang yang luar biasa besarnya. Ia akan selesaikan rindu ini dengan tuntas pada pemiliknya.
••••
"Udah dulu, gue mau ambil minum ke dapur."
Aezar menggeleng, tubuhnya saat ini semakin memeluk erat tubuh Adara.
Ruang tamu rumah Adara menjadi saksi lepas kerinduan yang mendalam milik Aezar. Karena nampaknya Adara tidak serindu itu.
"Nggak mau. Siapa suruh nggak bolehin gue ketemu lo selama dua hari?" Gumam Aezar.
Ceruk leher Adara sudah menjadi korban selama satu jam. Laki-laki itu benar-benar tidak melepaskannya barang sedetikpun.
Bahkan Adara bisa jamin, laki-laki ini akan betah memeluknya sembari Ia menyelesaikan maraton Drama Korea yang sedang Ia tonton.
"Kan ada alasannya, Zar. Gue lagi sakit, dan nggak mau lo ketularan." Jelas Adara.
Meski punya alasan jelas, rengekan dan segala tantrum yang dikeluarkan Aezar akan tetap sama.
Bagi Aezar, Adara seperti mataharinya. Kalau tidak bersama dengan Adara barang sehari pun, akan membuat hidupnya gelap, seperti malam.
Aezar hanya bergumam menanggapi penjelasan Adara. Saat ini, dirinya belum cukup untuk mengisi energi dari Adara.
"Peluk satu jam lagi, nanti baru di lepas, ya?" Pinta Aezar.
Bisa apa Adara selain mengiyakan bayi besarnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Become An Antagonist? [ON GOING]
Fantasia"Kalau aku mau putus, gimana?" "Sayang, lo tahu, kan, kalau gue nggak akan kabulin itu? Lo punya gue! Dan, lo nggak akan bisa kemana-mana dengan gelar kepemilikan itu." Rania tidak menyangka, Ia kira saat jiwanya hidup di tubuh Antagonist seperti Ad...