Seperti kata ayah tadi pagi, sore ini hujan turun begitu lebat. Untung Habibie sudah jaga-jaga membawa jas hujan, jadi tadi ia menyempatkan diri untuk memakainya sebelum kembali melajukan motornya.
Saat ini pukul setengah empat sore. Cowok itu duduk di kursi luar gedung siaran, menunggu shift-nya. Matanya lurus menatap rintik hujan yang turun, sementara kedua telapak tangannya tertaut begitu erat. Lebatnya hujan saat ini membuat cowok yang menggigil itu teringat kisahnya dengan Rachel dulu.
Siapun tahu bahwa Rachel adalah pencinta hujan. Cewek itu berjuta-juta kali menceritakan betapa serunya berada dikehujanan. Katanya suara air yang menghantam tanah dengan bau hujan yang sangat candu itu sangat sayang untuk dilewatkan.
"Kalau bisa kita rasakan dan nikmatin sekarang, kenapa engga?"
Begitu Rachel bilang sambil meloncat-loncat antusias di bawah hujan. Saat itu mereka sedang menenduh, belum sampai pulang dan masih di area kampus.
"Jangan kayak anak kecil deh Hel. Cepet sini, entar kamu sakit," kata Habibie khawatir di bawah pohon rindang. Namun Rachel menggeleng.
"Kamu aja ayo sini cobain. Masa kamu gak suka hujan sih? Seseru inii," kata Rachel lalu tertawa.
Melihat Rachel yang antusias berlari-larian kecil di bawah hujan membuat cowok itu tersenyum. Mungkin bahagianya Rachel memang sederhana, sesederhana anak kecil yang terbahak-bahak hanya dengan bermain dan menari di bawah hujan.
Rachel sudah hampir sepuluh menit disana dan lebatnya hujan tak kunjung mereda, hal ini membuat Habibie memutuskan menarik Rachel paksa untuk meneduh.
"Udah ya entar sakit," kata Habibie memegang lengan Rachel yang bergemetar hebat. Melihat pucatnya bibir dan dinginnya lengan cewek itu membuat Habibie segera melepas jaketnya.
Rachel yang menggigil justru tersenyum bahagia, "Seru tau. Kayak lagi di dunia lain," kata Rachel bergemetar.
"Horor dong?" Kata Habibie tertawa sembari memasangkan jaketnya di tubuh gadis itu.
"Ih bukan itu maksudnya. Kamu tau gak sih Bi, perasaan yang muncul karena kamu gak pernah tau rasanya. Dan saat kamu mulai nyaman, kamu gak mau keluar dari sana karena kebahagiaan yang kamu maksud muncul tiba-tiba disana."
Habibie terkekeh melihat Rachel yang mengoceh dengan antusias. Lantas ia mengangguk seolah tahu persis maksudnya. Diraihnya kedua pundak kekasihnya, lalu ia menatap dalam netra gadis itu, dan tersenyum manis.
Bak ombak yang tiba-tiba menerjang damainya tepi pantai, gadis itu hanyut hanya dalam persekian detik karena senyuman yang memporak-poranda hatinya. Mata laki-laki yang bersinar terang menatapnya saat ini bagaikan gugusan bintang yang memancarkan ketulusan. Dan setiap bagian wajah dari laki-laki itu, mulai dari mata, hidung, hingga bibir adalah candu yang tak bisa cewek itu sia-siakan.
Jadi siapapun tidak perlu bertanya lagi, seberapa besar cintanya tumbuh atas perlakuan Habibie. Bahkan gadis itu sudah jatuh hati jutaan kali, pada laki-laki yang sangat dewasa di balik tingkah lakunya yang bak 'bocah kematian' itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saat Hujan Turun
Fanfiction"Saat Hujan Turun" mengisahkan kehidupan klasik sehari-hari pemuda bernama Habibie Chandra bersama keluarga, teman, dan kekasihnya. Semuanya terasa begitu indah untuk Habibie yang menjalankan kehidupan yang sederhana, tapi tidak sampai akhirnya pemu...