Hari sudah menjelang sore, tapi Runa masih terlelap di kamarnya. Ruang tengah terlihat dihuni oleh tiga pemuda yang asyik menonton televisi.
Sementara seorang pemuda lainnya tengah fokus berkutik dengan alat masak di dapur. Ia ingin menyiapkan makan malam untuk ketiga saudara dan adik kecilnya yang tersayang.
Dibantu oleh beberapa pelayan, Harris begitu telaten mencampur semua bahan masakan. Tak diragukan jika pemuda itu memang suka memasak.
"Pelayan, masakannya udah jadi. Tolong siapin meja makan sama piring, semuanya."
"Baik, tuan muda."
Setelah para pelayan mulai menyiapkan meja makan, Harris membuka apron dan mencuci tangannya, lalu menghampiri ketiga saudaranya yang masih berada di ruang tengah.
"Kalian udah kan beresin tugas?"
Ketiga pemuda itu mengangguk secara bersamaan.
"Udah beres semuanya."-Arion
Harris tersenyum. "Kalo gitu, tolong bangunin Runa. Bentar lagi waktunya makan malem."
"Aku aja yang bangunin." Gin beranjak dari sofa, ia mulai berjalan menuju kamar sang adik.
Harris ikut mendudukkan dirinya di sofa, dan menonton televisi. Souta dan Arion saling melirik, kedua pemuda itu masih bingung.
Tak berselang lama, Gin datang dengan Runa di gendongannya. Harris menoleh dan tersenyum saat melihat sang adik tiba.
"Runa-chan."
"Ayis~"
Gin tersenyum, ia menurunkan tubuh sang adik dan membiarkan Runa berlari menuju Harris.
Gadis kecil itu memeluk sang kakak erat, begitu pun dengan Harris yang balas memeluk adiknya.
"Gimana tidurnya hm? Nyenyak?"
Runa mengangguk. "Nyenyaklah, orang aku yang nepuk kepala Runa sampe tidur." Ujar Gin dengan bangga.
Runa tersenyum. "Makasih Gin." Sang pemuda tersenyum manis sebagai balasan.
"Suara Runa serak, kamu abis nangis?"
Souta, Arion, dan Gin terdiam mendengar perkataan Harris. Pemuda bersurai merah itu sepertinya sudah mulai curiga. Ketiganya menatap Runa, menunggu gadis itu untuk berucap.
"Runa kan baru bangun tidur..."
"Ah iya juga." Harris mengangguk pelan.
Ketiga pemuda itu menghela nafas lega. Sepertinya Runa paham kondisinya saat ini.
Harris mengelus surai adiknya sayang. "Yaudah, kita makan yuk."
"Yuk makan yuk! Souta udah laper dari tadi."
"Kamu emang selalu laper, Souta." Arion tersenyum lebar.
"Padahal dia yang makan paling banyak." Cibir Gin yang hanya ikut menggoda saudaranya.
"Enggak ya! Souta mah selalu nungguin kalian kalo mau makan."
"Tapi waktu itu Souta makan duluan yogurt yang Ayis bawa buat kita makan bareng-bareng. Makannya juga di kamar." Ucap Runa dengan polosnya.
Souta tersentak saat mendengar kejujuran sang adik.
"Oh jadi gitu Souta?" Arion terkekeh.
"Pantesan Souta gak ikutan makan yogurt bareng kita."-Gin
"Gak gitu guys, Souta cuman nyicipin duluan. Takut ada racunnya gitu loh." Ujar Souta beralasan.
"Nyicipin sampe abis?" Harris tersenyum.
"G-gak gitu..."
Mereka tertawa dengan kegugupan pemuda bersurai biru itu.
"Udah-udah, ayo kita makan."
Kemudian mereka berjalan menuju meja makan untuk melaksanakan makan malam.
~
Pukul 23:15
Runa bangkit dari tempat tidurnya. Gadis kecil itu perlahan berjalan menuju keluar kamar dengan boneka Lupi di pelukannya.
Pandangannya menelaah seluruh sudut rumah, televisi di ruang tengah masih menyala. Jadi ia memutuskan untuk menghampiri sumber bising tersebut.
Terlihat Arion yang sudah terlelap di sofa, dengan laptop yang menampakkan suatu data masih terbuka.
Gadis itu bimbang ingin membangunkan sang kakak atau membiarkannya tidur. Jadi, Runa hanya akan mematikan televisi untuk saat ini.
Lalu ia kembali berjalan menuju ke sebuah kamar untuk melihat salah satu kakaknya.
Harris masih berkutat dengan tugas pekerjaannya, pemuda bersurai merah itu fokus mengerjakan dengan kacamata bertengger manis di pangkal hidung.
Runa melihat sang kakak, ia mengetuk pintu untuk mengalihkan atensi sang empu.
"Ayis."
Si pemuda yang dipanggil lalu menoleh, ia cukup terkejut melihat adiknya yang masih terjaga.
"Loh Runa kok masih bangun? Gak bisa tidur kah?"
Gadis kecil itu mengangguk pelan. "Runa boleh masuk?"
"Boleh, sini ke Ayis." Harris membuka kedua lengannya untuk memberikan kode agar sang adik bisa masuk dalam pelukannya.
Runa berjalan ke arah Harris dan memeluk kakaknya. Pemuda itu mengangkat Runa ke dalam gendongannya.
"Ayis belum tidur? Kenapa?"
"Masih ada sedikit PR dari kantor, tapi bentar lagi Ayis beresin tugasnya." Jelas sang empu, Runa mengangguk sebagai jawaban.
"Iyon juga sama, Runa ngeliat data di laptop lyon."
"Terus, kenapa Runa gak nyamperin Iyon?"
"Iyon udah tidur di sofa, Runa kasian sama Iyon kalo dibangunin."
Harris tersenyum hangat, ia menepuk pelan kepala sang adik.
"Kalo Runa ngantuk, tidur aja oke? Ayis mau beresin PR-nya dulu."
Runa mengangguk pelan, ia menyandarkan tubuhnya pada tubuh Harris. Sementara sang pemuda kembali fokus mengerjakan tugas kantor miliknya.
-TBC-
Yawrr Author back, mwehehe:3
Rata-rata satu chapter ini isinya sama Harris, Author juga emang cuka sama Harris sih^///^
Tapi bukan berarti di chapter selanjutnya bakalan terus Harris, tenang aja, semua member Sol.4ce ada^^
Oh jangan lupa ya Seng, kalo ada typo tandain. Kadang Author tidak sadar secara mata dan pikiran:)
Kemarin bintangnya nyala, kan? Coba lagi deh, ajaib loh;>
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LITTLE SISTER [Reader's×Sol.4ce]
FanfictionPara kakak yang masih sangat menyayangi adiknya, bahkan saat sang adik sudah beranjak remaja. Memberikan kasih sayang, dengan 'sedikit' rasa protektif. Tentu saja para kakak yang berbeda kepribadian, namun hanya dengan satu cara mereka memberikan ka...