Chapter 10 (kesetiaan)

1.9K 176 13
                                    

Yim terbangun pagi ini, namun ia bingung karena jas hitam menjadi selimutnya, ia membolak-balik jas itu, awalnya ia berpikir bahwa itu adalah Jas Net tetapi ia tak pernah melihat Net memakai Jas seperti yang ada ditangannya, ia melihat sekeliling ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yim terbangun pagi ini, namun ia bingung karena jas hitam menjadi selimutnya, ia membolak-balik jas itu, awalnya ia berpikir bahwa itu adalah Jas Net tetapi ia tak pernah melihat Net memakai Jas seperti yang ada ditangannya, ia melihat sekeliling kamar namun tak menemukan siapapun, hanya Teetee yang masih belum sadarkan diri dari komanya. Ia berdiri berjalan kearah Teetee untuk mengecek keadaanya lalu ia membuka pintu kamar, mungkin ada sipemilik jas diluar sana, namun ia tak melihat siapapun kecuali para tenaga medis yang berlalu lalang atau pengunjung pasien.

“kau mencariku?” suara disebelah kanan Yim membuat Yim refleks menoleh melihat Tutor

“ini milikmu?” tanya Yim tanpa basa basi menganggkat jas itu

“ya” bersamaan dengan jawaban itu, Yim membuang jasnya didepan wajah Tutor

“jangan muncul dihadapanku! Sialan” kesal Yim masuk kekamar anaknya meninggalkan Tutor yang menerima saja perlakuan kasar Yim padanya, ya ia sadar dia pantas mendapatkannya.

Namun bukan berarti Tutor berhenti, dia bahkan masih datang setiap hari disana walau Yim terus mengusirnya atau mengatakan bahwa ia pria yang tak tau malu.

.
.
.
Key berusaha menenangkan Frist, sudah seminggu ia dirawat dirumah sakit sampai akhirnya akan keluar hari ini namun ia tak melihat ayahnya, biasanya sang ayah selalu ada untuknya

“kemana papa? Kenapa dia tak pernah melihatku?!” pertanyaan yang sama hingga Key bingung untuk menjawab

“papa hanya sibuk kerja Frist”

“kerja? Apa dia tau kalau aku sakit? Papa selalu ada kapanpun aku membutuhkannya!”

“kau harus mengerti, kau bukan anak kecil lagi” frustasi Key namun anaknya itu tetap saja mengamuk dikamar rawatnya.
.

.

.

Yim membersihkan tubuh Teetee yang sudah seminggu engan bagun juga, setiap menit Yim selalu merasa khawatir dan ketakutan, setiap saat ia berdoa agar anaknya bisa membuka matanya lagi.

Klek

Pintu kamar itu terbuka, menampakan Tutor yang datang seperti hari-hari sebelumnya, Yim menghela nafas sungguh ia sudah sangat lelah dengan lelaki itu

“apakah aku harus berlutut didepanmu agar kau tidak menganggu kami lagi?” tanya Yim, ia sudah sangat muak

“aku hanya ingin melihat kedaan Tee, aku ayahnya” jawaban yang sama

“ayah? Kata yang selalu membuatku tertawa” ejek Yim

“serius tuan Tutor yang terhormat, apa yang terjadi dengan keluarga impianmu? Bukankah kau mencampakan kami karena impianmu itu? bukankah kau yang bilang bila Tee menanyakanmu aku harus mengatakan bahwa ayahnya sudah tidak ada? Lalu apa sekarang? kau tidak bisa datang dan pergi dalam hidup seseorang sesuka hatimu” kesal Yim, matanya bahkan berkaca-kaca rasa sakit dimasa lalu membuat goresan lama dihatinya kembali terluka

Dad, Do You Hate Me? (TutorYim) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang