.
.Tee menatap Tutor yang menceritakan atau lebih tepatnya curhat akan masa lalunya, semua kata-kata itu terucap begitu saja dari mulutnya mengambarkan kejujuran disana, hingga Tee tersadar, saat ia mengedipkan matanya, setetes air mata menuruni pipi putihnya itu. dengan cepat ia menghapusnya. Ibunya masih memilikinya begitupun sebaliknya, mereka saling memiliki dan saling menguatkan selama ini, namun ayahnya, dia benar-benar menanggung semuanya sendirian dalam kesepian.
"sebelum kau mengaku, aku sudah tau terlebih dahulu, aku menemukan fotomu dan mamaku digudang, difoto itu kalian terlihat bahagia dengan cincin pernikahaan, saat itu aku bisa tau mungkin kau adalah ayahku. Aku pikir kau membenciku, awal kau melihatku, kau tak ingin menatap mataku, aku mencoba mengikutimu tapi kau mengabaikanku, kau tak mau bicara denganku" ucap Tee, Tutor tersenyum kecil dan menyentuh kepala Tee, ya seperti seorang ayah yang menenangkan anaknya yang sedang kecewa
"karena saat pertama kali bertemu denganmu aku tidak bisa melihatmu, aku merasa bersalah, aku merindukanmu dan aku terlalu pengecut untuk mengaku salah padamu. Aku tidak tau harus berkata apa, bagaimana harus memperlakukanmu, Aku tidak ingin kau terseret dalam masalah, walau akhirnya sama saja. Tidak semua orang tua kadang bertindak benar, kadang mereka juga bisa melakukan kesalahan sepertiku, jadi sebagai ayahmu aku minta maaf. Karena masa laluku, kau menderita seperti ini"
"papa" itu adalah kata pertama yang selalu Tutor impikan, ya Teetee memanggilnya dengan sebutan yang selalu ingin ia dengar dari mulut anaknya
"ya?" jawab Tutor, dia menahan sesak didadanya, ia berusaha tak cengeng didepan anaknya
"papa, apa kau membenciku?"
"tidak, aku tak pernah sekalipun berpikir untuk membencimu, jadi jangan berpikir dengan asumsi konyol seperti itu, Tee"
Teetee memejamkan matanya dalam pelukan ayahnya itu, ia tersenyum walau air mata jatuh menuruni pipinya. Sangat nyaman, ia bisa merasakan bahwa pelukan seorang ayah itu begitu menenangkan.
.
.Yim panik, ekspresinya begitu khawatir dan berkali-kali melihat jam tangannya, ia mondar-mandir dihalaman apartemen dan bingung mencari Teetee karena anaknya itu belum pulang pada hal sudah hampir tengah malam. Ia menghubungi handphone anaknya itu namun tidak aktiv. Ia menghubungi teman-teman Tee namun mereka semua mengatakan tak tau Teetee ada dimana. Ia juga sudah pergi ketempat dimana Teetee biasa bermain namun tak menemukannya. Ia sudah menangis dan memutuskan kekantor polisi saja untuk membantu mencari anaknya.
Belum sempat Yim melangkah, ia mengerutkan dahinya melihat mobil Tutor tepat berhenti dihalaman apartemen dan yang membuatnya bingung adalah Teetee juga keluar dari mobil itu bersama Tutor.
"dari mana saja kau?" tanya Yim, rasa kesal, khawatir dan legah melihat anaknya menjadi satu, sedangkan Teetee langsung menyembunyikan belanjaan dibelakangnya, ia takut ibunya marah
KAMU SEDANG MEMBACA
Dad, Do You Hate Me? (TutorYim)
FanficRate-M 🔞 || Mpreg || Boyslove Summary : "aku yakin dia adalah ayahku, tapi kenapa dia bahkan tak ingin mengenggam tanganku? dia tidak berbicara denganku, bahkan saat aku mengulurkan tangan meminta tolong padanya, dia mengabaikanku. Ayah, apa kau me...