EXTRA PART

1.7K 93 85
                                    

Kaki Harin rasanya sangat berat saat ia melangkah menyusuri ruang VVIP tempat di mana semua kejadian-kejadian yang tidak ia ingin kan terjadi.

Jae-Hyeong, dengan mata yang sudah membengkak karena air mata membantu memapah Harin yang terlihat sangat kesulitan untuk berjalan.

"Terima kasih karena kau datang saat itu, aku mungkin akan kehilangan sooji jika saja kau datang terlambat, seperti aku yang terlambat menolong nya dari pria bajiangan itu." lirih Harin, rasanya sakit sekali mengigat wajah sooji saat pria itu menyentuh nya.

Harin bisa merasakan seberapa sakit hati sooji saat itu, "aku ingin marah kepada mu, karena sooji ke sana ingin mencari tau tentang kejadian itu..." Jae-hyeong menghela nafas. "Tapi aku selalu mengigat seseorang jika ingin marah..."

Harin menoleh. "Myung Jaeun?"

Jae-hyeong mengangguk malu-malu. "Aku ingin memiliki maaf seluas dirinya." ucap gadis itu. "Sampai hari ini dia masih menempati posisi gadis favorite di hidup ku, wajah nya yang lucu saat bingung, ketakutan atau merasa tidak enak kepada orang lain, dia akan terlihat naif dan bodoh secara bersamaan." Harin sedikit menggeleng, mulut Jae-hyeong memang di stel untuk berkata pedas.

Kenangan-kenangan menyakitkan dan membahagiakan terlintas nyata di kepala gadis itu, "Myung Jaeun, maaf karena kami benar-benar tidak bisa ke pantai bersama-sama tapi sungguh saranghe..." lirih gadis itu.

Kehilangan dua sahabatnya sudah cukup membuat dunia nya hancur. Sekarang kenyataan menghantam nya, kondisi kesehatan Sooji yang memburuk paska operasi pengangkatan peluru sudah selesai, masalah besar nya sekarang adalah gadis itu yang tidak lagi memiliki semangat hidup.

"Maaf mau harus kehilangan mereka karna aku..." Harin merasa sangat buruk karena fakta itu dari dulu sampai sekarang...

Di ruangan VVVP, gadis dengan wajah teduh
itu terus mengamuk saat dokter hendak memeriksa nya, bahkan gadis itu tidak segan menyakiti dirinya sendiri saat ada pria yang mendekatinya. Seperti mencabut infus atau melukai dirinya dengan serpihan kaca yang ia simpan.

"Andwe! kubilang pergi dari sini pria bodoh!" teriak sooji menatap waspada dokter yang hendak menyuntikkan obat penenang. "Kurang ajar jauhkan tangan sialan mu itu, jangan menyentuh ku!"

"Dokter pegang tangan dan kaki nya cepat!" teriak dokter itu, merasa frustasi.

Refleks tubuh sooji menegang saat tangan dan kakinya di pegang kanan kiri oleh dokter dan perawat. "Ahhh!! Jauhkan tangan kalian dari ku!" teriak gadis itu terus mengamuk. Kakinya menendang-nendang bahkan ia sempat meludah ke dokter yang hendak menyuntikkan obat ke padanya.

"Aku akan membunuh kalian semua, jika macam-macam dengan ku! Kalian dengar itu aku akan membunuh kalian!"

Dokter hanya menggeleng "bisakah kita memindahkan nya di rumah sakit jiwa? dia sudah tidak waras, ini sudah dia minggu setelah kejadian itu, tapi dia menjadi semakin parah!" dokter itu mulai frustasi.

Ia mendekat ke arah sooji yang langsung meringsuk mundur, "dengar kan aku, katakan kepada keluarga mu jika kau sudah bosan di sini!" dokter itu menyentuh lengan sooji dan membuat gadis itu berteriak histeris.

"Lepaskan aku! pria bodoh! Lepas!....jangan lakukan itu pada ku!"

Saat itu dokter itu kembali hendak menyentuh sooji.

"Jauhkan tangan mu darinya!" teriak Harin saat melihat wajah ketakutan Sooji. Harin menghembuskan nafas kasar menahan emosi, ia tidak ingin mempengaruhi kesehatan sooji dan membuat gadis itu takut.

"Kau seharusnya tau, jika dia takut jangan dekati dia kau bisa memanggilku lebih dulu."

"Tapi dia harus segera di tangani nona, atau bawa saja dia ke psikiater atau yang terburuk di rumah sakit jiwa."

Mine (Pyramid Game) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang