Party II

1.9K 113 2
                                    

langkah pertama aku datang.....

semua orang tertuju padaku menatap takjub dengan kedatangan kami bertiga. banyak yang berbisik mungkin membicarakan kami? entahlah semua menatapku lekat - lekat dari ujung kaki hingga kepala. aku pun melihat naufal yang tengah bersama dengan geng-annya itu. kikan menyapa fikri pacarnya mendekati geng naufal berada. aku mengikuti langkah kikan bersama rena.

naufal melihatku dari jauh memasang senyuman khasnya dan juga aku melihat temannya yang berbisik - bisik entah membicarakan apa ke naufal. kini aku berdiri tepat di sebelahnya. jantungku terus berdetak kencang.

"hai" sapanya

"hai" ucapku malu -malu

"lo cantik" bisiknya

aku tersenyum, pipiku memerah.

"makasih" ucapku

"beruntung pasti cowok lo" ucapnya

"jangan ngeledek deh" ucapku tertawa.

"hm.... mau dansa bareng gw?" tawarnya

aku mengangguk. sesuai lagu yang beralun dengan tenang kulangkahkan perlahan memasuki daerah dansa. berdansa dengannya. aku bisa merasakan dadanya yang bidang saat aku menyenderkan kepalanya. aku menatapnya, ia menatapku.

"keindahan malam ada disini" ucapnya

jantung berdebar kencang, tak pernah aku bayangkan bisa berdansa dengannya.

"gak usah berlebihan" ucapku

kami terus melanjutkan dansa hingga akhirnya satu lagu selesai. aku dan naufal berjalan menuju meja minuman. kami minum minuman yang sudah tersedia dan membicarakan hal - hal yang sebelumnya tak pernah aku bayangkan bisa berbicara dengannya langsung. hingga akhirnya salah satu temannya datang membisikkan sesuatu. seketika raut wajahnya berubah.

"sorry ya dis, gw harus pergi" ucapnya

aku hanya mengangguk heran.

beberapa saat aku menunggu akhirnya aku memutuskan ke balkon melihat pemandangan luar yang di penuhi anak - anak juga. aku melihat naufal tenangh menggandeng tari yang baru saja turun dari mobil.

seketika air mata ini menetes, aku berusaha untuk menahan namun sudah tak tertahankan lagi. menyeka air mata yang mulai melewati pipiku.

aku pun memutuskan untuk pergi masuk kedalam gedung party namun yang terjadi aku harus bertemu lelaki bodoh itu.....

"wow, ada yang buru - buru nih" ucap arnan

aku hanya terdiam sedikit menyenggol bahunya dan berlari ke toilet.

di toilet aku menangis memandang penuh wajah di cermin.

"apa yang salah? apa mungkin gw yang tidak tahu diri. naufal itu milik tari. kenapa bisa -bisanya gw lantang bermimpi bisa menarik perhatian naufal dengan dandanan gw ini....." gumamku lirih

cukup limabelas menit lamanya aku di dalam toilet. aku yakin aku sudah membaik. saat aku keluar dari toilet arnan tengah berdiri menatapku. menyilangkan kedua tangannya

"lima belas menit? udah cukupkan" ucapnya

aku tercengang diam. masa iya dia mengitung waktu lamanya aku berada di toilet? ini sinting.

"lo ko disini sih?" tanyaku

"ohh gw kan anak baru eskul basket jadi... disinilah gw. lo sendiri mau jurnal kan?" tanyanya

"gw emang anak jurnal" ucapku ketus

"yaa... maksud gw itu" ucapnya

aku berjalan menuju balkon kembali, sedikit melirik ke dalam gedung melihat rena, kikan yang asyik dengan acaranya mereka tampak menikmatinya. aku tidak mungkin meminta rena untuk mengantarku pulang, aku tidak ingin mengacaukan malamnya.

Brownies Chocolate [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang