Nak Edwin, bisa on camera? Dari awal pertama masuk zoom bapak belum pernah liat kamu. Ini terakhir ngezoom lho nak," Ucap seorang bapak paruh baya yang mulai tumbuh janggut.
"Win, tu bapak manggil."
"Edwin, jawab weh!"
"Wahhh... Jangan jangan selama ini dia cuma hadir aja tapi gak ikut ngezoom?"
"Edwin kasih alpha aja pak,"
"Edwin... Edwin..."
"Edwin loe kemana aja setaun kemaren? Kok ngezoom mulu sih? Sebelum corona kenapa gak masuk kelas?"
"Udah hei gak usah ribut kalian tuh. Mungkin Edwin nya lagi ke wc pak," Sahut seseorang yang angkat suara.
"Kino belain Edwin mulu,"
"Bukan belain P'A! Lagian kalian nya kepo amat. Nih ya, gua kasih bocoran, selain pinter, Edwin itu banyak pleus nya. Ples ples ganteng, ples ples berbakat, ples ples suka bikin hati klean jedag jedug tiada tara. Lagian bentar lagi masuk sekolah kan? Noh, nanti liat muka Edwin sepuasnya, minta poto ama tanda tangannya sekalian!"
"Edwin hei, setidaknya munculkan lah batang hidung mu saja!"
"Tessa, inget si Tono Tessa. Lu dah punya pacar tapi masih penasaran ama jodoh orang lain?"
"Bacod lu Kino!"
"Galak banget njir! Dasar betinah!"
"Sudah sudah, barangkali Edwin nya beneran ke wc. Kita lanjut dulu ke pelajaran," Akhirnya pak Ridwan melerai semua anak anak yang penasaran ama sosok Edwin.
Ceklek...
"Assalamualaikum! Abang ganteng dah pulang!" Ucap nya setelah membuka pintu untuk menyapa penghuni rumah.
Edgard memasuki rumah setelah pulang dari kampus. Ia lalu meletakan tas laptopnya di atas sofa. Atensi nya langsung teralihkan saat melihat anak anak yang tengah ribut menyeru nama adik nya. Hooo... Ternyata sumber suara itu dari ponsel milik adik nya yang tengah belajar.
"Chil, bangun chil. Katanya lagi belajar," Edgard berusaha membangunkan Edwin pelan pelan agar tidak membuatnya risih. Namun sepertinya ia terlalu lelap dalam tidurnya, hanya suara dengkuran halus yang terdengar darinya.
"Biarin aja udah. Adek lu baru aja beres pemeriksaan tadi, makannya dia capek. Mungkin pengaruh obat nya baru kerja sekarang. Ambilin selimut gih, dingin. Dia tidur nya sambil duduk di lantai gitu," Sahut seseorang dengan suara halus nya, Edgard menoleh cepat. "Bang Edward? Lu dah nyadar daritadi kalo adek gua tidur pas belajar?" Tanya Edgard kaget saat melihat Edward yang malah asyik menonton siaran ikan terbang di tv sambil memakan pilus yang masih terisi penuh di toples.
"Udah, cepet ambil selimut. Simpen dulu bacotan lu nya," Lanjut Edward yang kembali fokus pada drama indigosiar.
"Ooohh!!!" Edgard pun buru buru lari naek ke lantai atas buat ambil selimut Edwin. Ia sempat terjatuh di tangga, namun tak apa... Apapun demi Edwin!
Karena suara teman temannya yang berisik, akhirnya kepaksa Edgard kudu angkat suara soal ini. Ia pun menyibak rambutnya terlebih dahulu agar terlihat lebih ketceh dan guanteng.
Lalu terdengarlah teriakan para ladies yang kembali menyeru nama Edwin. Kayak yang ketemu idol aja ampe teriak nya kayak gituan, untung orang nya Edgard dan bukan Edward.
"Weh! Edwin aktifin camera!""Ih, kok keren? Mana ganteng lagi,"
"Eh? Itu Edwin?"
"Udah mau enam bulan kita nge zoom dan loe baru nampilin muka loe? Sok jual mahar banget,"
KAMU SEDANG MEMBACA
EDWIN
Teen FictionHanya kisah tentang seorang anak laki laki yang harus berjuang agar bisa menggapai semua impian dan cita citanya. Tentu saja, siapa yang tidak ingin hidup dengan tubuh sehat dan sempurna? Ia iri dengan orang orang, bisa berlari kesana kemari, bermai...