EDWIN-12

192 22 1
                                    

"Semua sedang berjuang melalui ujiannya masing masing" -Edwiiin.

🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀

Edwin sudah di perkenankan untuk melepas masker oksigennya untuk mempermudah berbicara dengan semua yang ada di kamarnya. Kini ia tengah menunduk sambil memainkan oximeter yang masih menjepit di jari telunjuknya.

"Ini yang abang takutin kalo kamu sekolah umum dek." Ucap Edward yang memulai cermahnya.

"Iya, Edwin tau." Cicit Edwin pelan. "Gak usah jawab," Timpal Edward yang membuat Edwin meringis pelan.

"Kalo udah tau, kenapa masih tetep keras kepala, hah? Ini abang yang salah karna gak bilang sama guru kamu atau kamu yang keras kepala tetep mau ikutan acara itu? Kalo kayak gini mending diem aja. Belajar nya di rumah, jadi gak usah capek capek kesana kesini. Biar guru kamu yang dateng kesini daripada kamu kecapean. "

"Ini akibat kalo kamu gak dengerin apa kata abang. Abang itu gak pernah ngasih keputusan yang bakal bahayain kamu dek, abang juga pikir pikir dulu. Ternyata setelah di coba, kayak gini. Nol besar."

Deg!

"Mulai besok gak ada yang namanya sekolah umum. Belajar di rumah." Final Edward yang membuat semuanya tercengang dengan keputusan Edward. Tidak... Ia malah membuat Edwin makin kepikiran. Padahal dia sendiri yang bilang buat jangan bikin Edwin stress, dia sendiri yang bikin Edwin stress.

"Nggak bang... Nggak mau," Tolak Edwin mentah mentah. Dada nya seperti di remas sekarang, namun ia masih mencoba menahannya.

"Ini udah yang terbaik buat kamu," Balas Edward datar. "Edwin mau sekolah umum..." Kata Edwin dengan suara parau.

"Edwin abang gak suka penolakan dari kamu." Edward sedikit menegaskan dalam kalimatnya. Wajah Edwin semakin memerah dengan air mata yang yang sudah jatuh membasahi pipinya. Nunna panik lah, dia langsung nyamperin Edwin dan mengusap punggungnya lembut. Terdengar deru napas Edwin yang berat dan sedikit tersengal sengal.

"Edwin tau kalo Edwin ini lemah. Edwin itu beban kalian..." Edwin berusaha menelan saliva nya.

"Kalian pasti kerepotan ngurusin Edwin yah... Kalian cape ngurusin Edwin yang sakit sakitan terus..." Edwin menarik nafas panjang untuk mengurangi rasa sesaknya.

Edward mematung mendengar perkataan Edwin. Ia lalu menatap Edwin yang masih sesenggukan.

"Edwin juga iri sama kalian... Edwin juga mau bebas... Gak mau gini terus... Dipasangin kabel terus... Pake oksigen terus..." Lanjut Edwin yang memegang dada kirinya.

"Edwin ikhlas kalo gak boleh keluar rumah, gak boleh maen, tapi Edwin minta satu aja bang... Edwin mohon sama permintaan Edwin yang ini..." Ia menatap Edward dengan tatapan lemahnya.

"Izinin Edwin sekolah... Izinin Edwin sekolah di luar... Biarin Edwin kayak orang lain... Edwin mau ngerasain bebas bentaran walaupun cuma di sekolah... Hhh... Hhh... Hhh... Uhuk uhuk," Edwin kembali terbatuk dan meremas dadanya yang kembali sakit. Nunna sudah menangis, Ethan bingung harus bagaimana, dan Edgard berusaha membujuk Edward.

"Istirahat 5 hari." Titah Edward dingin. "Baru boleh sekolah,"

Deg!

Yessss!!!

Edwin berteriak senang dalam hati. Emang bener... Akting menyedihkan itu HARUS! Biar bisa naklukkin hati Edward yang dingin dan keras macam batu.

Eits!
Nggak akting kok nggak... Edwin beneran drop lagi tadi tuh. Dia paksain aja terus emang sekalian mengungkapkan kalau dia emang pengen kayak orang lain yang bebas kesana kesini tanpa harus takut pingsan dan bengek. Cuma tadi dia tambahin percikan kata kata agak alay biar makin terlihat menyedihkan.

🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀

"Huaaaaaaa!!! Jangan di ceritain lagi Ethan! Gua malu sampe pengen masuk lubang tikus!"






T. B. C

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EDWINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang