Chapter 3

25 5 0
                                    

"Tari," panggil sebuah suara yang berhasil membuat Tari dan Galaksi menoleh kompak.

Seorang cewek dengan seragam berbeda menghampiri mereka. Rambut panjang dengan ujung keriting, hidung mancung, bibir merah ranum, serta mata sayunya yang menawan. Dia Tania.

Ekspresi Tari langsung berubah saat melihat Tania memanggil namanya. Berusaha Tari menampilkan senyum. Dia Tania, gadis cantik yang selalu menjadi perbandingan saat bersama dengan Tari. Dia Tania, gadis yang selalu mengambil milik Tari. Dia Tania, gadis yang sayangnya tidak pernah bisa Tari benci mengingat dia adalah sepupunya.

"Tania? Kenapa di sini?" tanya Tari.

"Lagi benerin biola aku." Balas Tania tersenyum manis seraya menunjukkan tas biola yang dicangkingnya.

Yah, salah satu bakat dari beribu bakat yang dimiliki Tania, dia mahir bermain biola.

Tari mantuk-mantuk.

"Kamu sama siapa?" tanya Tania melirik Galaksi yang hanya diam sedari tadi memperhatikan interaksi mereka berdua.

"Oh iya, kenalin, Kak. Ini Tania sepupu aku. Tania kenalin ini Kak Galaksi, kakak kelas aku." Ujar Tari kepada keduanya.

Tania melemparkan senyum manisnya kepada Galaksi, sedangkan Galaksi diam tak berekspresi.

"Yuk! Gue laper." Ujar Galaksi menarik Tari pergi dari sana.

"Tania, aku duluan!" seru Tari.

"Iya, Tari. Hati-hati."

Ada rasa sedikit senang saat Galaksi menarik Tari pergi dari sana. Entahlah, Tari hanya bersyukur Galaksi membawanya pergi dari hadapan Tania.

Di tempat parkir, Galaksi kembali memasangkan helmnya pada Tari. Mereka pergi. Entah dibawa ke mana, pikiran Tari masih kalut saat bertemu dengan Tania.

Sejak kecil, sejak duduk di bangku TK, SD, sampai SMP, dia dan Tania selalu satu sekolah, dan satu kelas. Hanya SMA mereka tidak satu sekolah mengingat Tania mendapat beasiswa di sekolah elit Ibu Kota.

Bersyukur? Ya! Tari sangat bersyukur ia dan Tania tidak satu sekolah. Ia sampai jingkrak-jingkrak senang kala itu. Tari bukan benci Tania, ia hanya tidak nyaman dengan Tania. Bukan iri juga, Tari tak pernah iri. Ia hanya lelah selalu menjadi perbandingan. Lelah selalu menjadi bayangan gadis cantik kebanggaan keluarga besarnya, kebanggan nenek dan kakeknya.

Semua selalu bilang, Andai Tari memiliki sedikit bakat Tania, dia tidak akan tenggelam jika berada di samping Tania.

Sepanjang perjalanan, Tari melamun, sampai tidak sadar mereka sudah sampai di salah satu kedai langganan Galaksi.

"Tari turun." Ujar Galaksi melirik ke belakang.

Tari masih bengong. "Woi!" sentak Galaksi membuat Tari terkesiap.

"Hah? Iya, Kak?"

"Hah hoh hah hoh! Turun, Tari."

Tari langsung tersadar, buru-buru ia turun dari motor Galaksi. Melepaskan helm dan menyerahkannya kepada Galaksi.

Mereka masuk kedai, duduk di meja paling pojok. Usai memesan makanan, Galaksi memperhatikan Tari yang kembali melamun. Wajahnya terlihat murung.

"Kenapa sama cewek tadi?" tanya Galaksi.

Tari menggeleng.

"Setelah ketemu sama cewek menor tadi, ekspresi lo beda."

Tari sontak tertawa.

"Ngapain ketawa? Gue nggak lagi ngelawak. Gue lagi tanya lo kenapa."

"Ya heran aja, Tania cantik kali, Kak. Tapi Kakak malah bilang dia cewek menor."

Galaksi: Extraordinary Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang