Chapter 17

9 1 0
                                    

"Man, gue cabut dulu." Galaksi mengais kunci motornya, ia juga langsung memasang jaket yang sempat ia lepas. 

"Lak! Mau kemaneee? Kok lo tinggalin gue sih? Yang bayar siapa?" 

Galaksi mengambil dompet. Niatnya mengambil tiga lembar uang seratus ribu, tapi malah kelebihan jadi lima lembar karena terburu-buru.

"Anjrot! Setengah juta gak tuh." Arman menghitung uang yang diserahkan Galaksi yang sudah pergi meninggalkannya sendiri. "Rezeki anak sholeh."

Tak kehabisan ide, ia menelepon teman barunya—Khodijah . Anak sekolah lain. "Halo, Khodijah." 

"Halo, Arman. Ada apa?" 

"Club yuk? Dugem. Gue traktir." 

"Astagfirullah, Arman. Yuk! Kapan?" 

Arman terkekeh. "Sekarang, dong. Gue jemput."

"Gas!" 

Arman menggeleng. "Nama doang Siti Khodijah. Kelakuan Siti Khodirun. Untung lo cantik, jah." 

💫💫💫

Galaksi berhenti di depan rumah Tari. Ia menelepon Tari berkali-kali, tapi sama sekali tak diangkat. Opsi terakhir, ia membuat keributan dengan berteriak lantang. "Keluar atau gue panjat pager lo, dan gue dobrak pintu rumah lo!" 

Teriakan Galaksi membuat Tari yang berada di kamarnya lantas mengintip dari gorden. Galaksi yang sadar Tari mengintip langsung menunjuk gadis itu seraya menatapnya tajam, ia juga memberi aba-aba untuk Tari segera turun tangan telunjuknya. 

Tari yang mudah diancam pun akhirnya turun menemui Galaksi. Ia membuka pintu dengan perasaan takut. 

"Sini, lo! Cepet!" titah Galaksi.

Tari menggeleng. "Kakak pulang aja, aku ...," Tari membulatkan matanya saat kaki Galaksi naik hendak memanjat pagar rumahnya. "Iya, iya! Aku ke sana. Jangan manjat, Kak!" 

Meski takut, Tari membuka gembok, kemudian membuka gerbangnya sedikit. Tari keluar dan berdiri di hadapan Galaksi seraya menunduk dalam dan memainkan tangannya gusar. 

"Sopan lo minta putus lewat telepon?" tanya Galaksi dingin. 

Tari sedikit mendongak untuk menatap langsung mata Galaksi, "Kalo minta putus langsung, Kakak nggak bakal marah?" tanya Tari balik.

"Nggak, kok. Palingan juga lo gue kirim ke NASA. Gue suruh mereka masukin lo ke dalam roket mereka buat pindahin ke planet lain. Ya itung-itung kurangin populasi manusia. Biar nggak padet." 

Tari lesu, itu tandanya Galaksi marah besar. Andai saja Tania tidak mengancamnya, ia juga tidak akan meminta putus. Tari tidak punya nyali mengingat hutangnya juga tidak sedikit. Dan Galaksi dengan baik hati menganggap lunas. Di perjanjian mereka, hanya Galaksi yang boleh memutuskan hubungan. Tapi ancaman Tania juga menakutkan. 

"Coba minta putusnya ngomong langsung sekarang." Suruh Galaksi menantang. Tangannya bersedekap, semakin mengintimidasi. 

"Nggak berani, nanti Kakak kirim aku ke NASA. Aku masih mau tinggal di bumi."

Galaksi hampir saja tertawa, tapi ia harus ingat kalau sekarang ia sedang marah. Galaksi harus mempertahankan peran yang ia perankan. 'Sialan! Gimana gue bisa marah kalo lo gemesin gini!' Umpatnya dalam hati. 

"Lo kenapa tiba-tiba minta putus? Itu kemauan lo sendiri putus dari gue?" 

"Nggak, Kak. Aku nggak mau putus. Kata Kak Galaksi, cuma Kakak yang boleh putusin hubungan kita. Lagi, aku udah bilang, kan? Kak Galaksi itu orang pertama yang lebih milih belain aku daripada Tania. Aku... aku nggak mau kehilangan Kakak." Air mata Tari hampir saja meluruh kalau saja ia tidak pintar menahannya. 

Galaksi: Extraordinary Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang