"Aku nggak mau masuk," ucap Tari saat tahu ke mana Galaksi membawanya.
Mereka berdua berada di depan pintu masuk klub yang sudah dipadati dengan pengunjung yang sedang berbaris untuk diperiksa penjaga sebelum masuk.
"Bentar doang. Kalo temen Arman udah dateng, kita langsung pulang. Gue udah bilang mau bantuin Arman, Tari."
"Aku takut, Kak. Aku nggak pernah masuk tempat kayak gini. Kita juga belum cukup umur buat masuk. Kan diperiksa sama penjaga kayak yang lain."
"Gue punya member VVIP. Gak masalah. Bahkan kita bisa masuk tanpa diperiksa."
"Tapi, Kak. Aku takut."
"Ada gue, lo bakal aman. Gue bakal jaga lo, Tari."
"Tapi ...."
Galaksi menarik tangan Tari, ia menunjukkan membernya kepada penjaga pintu klub. Tahu Galaksi menunjukkan member VVIP, ia langsung diperbolehkan masuk.
Tari merangkul erat lengan Galaksi, ia menyesuaikan matanya yang silau karena lampu gemerlap, belum lagi suara musik yang diputar disjoki begitu memekik telinga.
Berkali-kali Tari berpapasan dengan orang mabuk. Dan berkali-kali pula Tari semakin mendekatkan tubuhnya pada Galaksi. Ia takut sekali.
"Kak Galaksi... aku takut," bisik Tari.
Galaksi melirik pacarnya, ia gemas melihat ekspresi Tari. Dengan sekali tarikan, Galaksi merangkul Tari. Ia menyembunyikan kepala Tari di dadanya seraya berjalan. "Sembunyi sini. Nggak usah lihat sekeliling."
Sesampainya Galaksi di tempat yang biasa ia dan Arman gunakan untuk minum, ia melepas rangkulannya pada Tari dan mengajak gadis itu duduk di sofa.
Tari masih enggan berjauhan, yang ada ia semakin rapat dan meremas jaket Galaksi. Tari sudah persis seperti anak kecil yang diajak orang tuanya untuk masuk ke rumah hantu. Matanya memperhatikan sekeliling.
"Makasih ya udah dateng. Sini kalian gue foto buat kirim gambarnya ke Khodijah,"
Arman memotret Galaksi dan Tari, kemudian langsung mengirimkan fotonya kepada Khodijah.
Galaksi melihat gelas bir Arman. "Lo pesen dua gelas bir?" tanya Galaksi.
"Iya, buat lo. Mau gak?"
"Mau dong."
Galaksi mengambil gelas yang ada di atas meja, hendak menegaknya sedikit. Tapi baru saja pinggir gelas sampai di bibir Galaksi. Tari sudah menjauhkan gelas itu dari mulut Galaksi. Sontak Galaksi melirik Tari.
"Jangan minum itu, Kak! Aku nggak suka Kakak minum minuman kayak gitu." Ujarnya.
"Jadi nggak boleh nih?" tanya Galaksi.
Tari mengangguk. "Iya. Nggak boleh!"
Galaksi kembali meletakkan gelas bir itu ke tempat semula. Ia gantian melirik Arman. "Nggak boleh sama cewek gue."
Arman yang sudah menghabiskan segelas birnya cengo. Ini pertama kalinya ia melihat Galaksi menurut dengan ucapan perempuan selain Bunda Alhena. Yang Arman tahu, Galaksi itu anti mendengarkan ucapan orang lain. Dia tipe manusia keras kepala yang menurutnya di dunia ini hanya dirinya yang benar.
"Kak," panggil Tari.
"Hm?" balas Galaksi seraya menoleh.
"Ayo pulang. Aku nggak betah di sini."
"Takut banget ya?" tanya Galaksi.
Tari mengangguk. "Kita ke coffee shop aja. Minum kopi. Suasananya juga enak, nggak gaduh kayak di sini."
![](https://img.wattpad.com/cover/366912397-288-k452380.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Galaksi: Extraordinary Love
Teen Fiction"Gue terima surat cinta lo." "Hah? Kak! Tapi surat itu dari...." "Hari ini kita jadian. Lo sama gue pacaran," tegas Galaksi seraya menampilkan smirk andalannya. *** Berawal dari kesalahpahaman surat cinta, Tari dipaksa menjadi kekasih seorang Galaks...