4/16/2024
I know i said i closed every chapter of this book already, but you know... life goes on. And I guess i am in a brand new story. A so not fresh new chapter of my life. It feels a little way too complicated to start it.
How do I start it?
I remember the list I made back when I was in 6th grade. Somehow, things i wrote in it happened the way I planned it. Like when I said I will have my own book at the age of 16. Or when I said I will be an English teacher. I always believe in law of attraction and qadarullah, most of them came true.
One of the crucial thing I wrote in it also said "I will get married at 25".
I am 24 now. I'll turn 25 in 5 months.
What i'm saying is... the list might come true again. or not.
Because the thing is, it's a little way too complicated. at least in my head. I should've wrote the list more specifically.
***
We just celebrate Eid a few days ago. and some things (un)expected happened. Okay, the first thing was actually kinda expected, but the next thing was a surprise.
(I think i need to switch language here lol sorry)
Jadi pas lebaran itu ada satu keluarga yang dateng ke rumah. Beliau saudara dari suami sepupunya mama. Aku juga ga ngerti. Yang dateng ayah, menantu, cucu sama dua orang anak laki-lakinya. Sebelumnya aku udah tau kalo mereka mau dateng, tapi mereka belum ngasih tau hari pastinya, intinya mereka bilang habis lebaran. Tapi aku ga nyangka kalo abis lebaran yang mereka maksud itu abis sholat eid. Alias tepat di sore hari lebaran. Maksud dan tujuannya juga sebenernya jelas. Mau "lihat" aku.
We welcomed them. Karena niat baik ga boleh ditolak kan? Walaupun ga secara blak-blakan juga sore itu mereka ngomongin maksud dan tujuan. Mereka ngobrol banyak sama keluargaku. Soal pekerjaan si laki-laki. Soal makanannya. Soal aku.
Lalu mereka pulang.
Aku yang tadinya kaget, jadi lega.
Tapi aku juga resah. Sudah terlambat, pikirku.
Orang yang sudah berbulan-bulan aku tunggu malah didahului orang lain.
Di tengah resah yang menderu-deru itu, orang tua orang yang sudah kutunggu berbulan-bulan menelpon. Mereka hampir setiap malam menelpon. Hanya saja, malam itu topiknya berbeda.
Mereka bilang sudah siap datang ke rumah untuk melamar.
Bagaimana cara menjelaskan situasi ini?
Aku perempuan. Dan semua orang berpikir pihak perempuan berhak diberi kepastian. Keluargaku kesal karena pihak mereka terlalu meremehkan dan seolah hanya bercanda saja soal perjodohan ini. Setiap menelpon mereka selalu mention tentang rencana pernikahan anaknya tapi tidak sekalipun mereka melibatkan kami. Maksudku, mereka tidak pernah memberi kejelasan tentang siapa yang ingin mereka lamar. Berbulan-bulan seperti itu. Mama dan keluargaku sudah tidak peduli pada omongan tidak jelas itu. Padahal, orang-orang sudah tau kalau mereka berencana melamarku.
Hingga pada hari lebaran itu, dia yang sekarang resmi jadi calonku datang ke rumah. Satu jam sebelum keluarga orang yang sudah kutunggu berbulan bulan menelpon dan membahas rencana kedatangan mereka untuk melamarku.
Keluargaku lebih memilih dia. Dan untuk beberapa alasan, aku mengerti kenapa. Aku selalu bilang, siapapun yang berani datang dan bicara pada orangtuaku langsung, dialah yang orangnya. Karena selama ini, tidak ada satupun yang seserius itu.
Kami lamaran 25 April 2024 kemarin.
Apakah aku bahagia?
Tidak.
Aku belum merasakan kebahagiaan sejak hari itu. Apalagi sejak orang yang kutunggu berbulan-bulan sudah menikah 4 Mei kemarin.
Sedangkan aku semakin hari semakin dilanda ragu.
Dia, yang dipilih orangtuaku masih berhubungan dengan pacarnya.
Bagaimana bisa aku disuruh menghabiskan sisa hidup dengan laki-laki yang hatinya bukan milikku? Bagaimana bisa aku menikah dengan orang yang hatiku bukan miliknya? Bagaimana bisa aku menikah sedangkan ada perempuan lain yang sakit hati karena aku?
Demi Allah, aku ga bermaksud nyakitin perempuan lain.
Sampai hari ini dia belum menjelaskan alasannya mau dijodohkan. Saat kutanya, dia malah bilang aku yang belum siap.
Tentu aku tidak siap. Karena keputusanku tergantung padanya. Aku hanya mau disukai lebih dulu. Karena hanya dengan itu aku bisa berhenti khawatir dengan masa depan yang akan aku jalani.
Kalaupun mau kubatalkan, aku hanya akan membuat malu keluarga. Orang tuaku akan marah besar.
Jadi aku pasrah saja. Sudah terlalu banyak yang aku korbankan. Berkorban sekali lagi tidak masalah asal orangtuaku bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thoughts of Mine
Short StoryHi, Wattpaders :) Let's take a seat and enjoy my short stories over here. Gue juga mau sharing-sharing aja di sini. Tinggalkan jejak kalian berupa vote dan komen :)