Part 7

975 182 23
                                    

Suara musik membawakan lagu Gong Xi Gong Xi berkumandang. Jika kemarin Penthouse Tante Irma hanya diisi mereka berempat, pagi ini ada lebih dari selusin orang memadati setiap sudut. Kata Tante Irma, Uncle Ethan anak laki-laki tertua, tak heran setiap CNY, adik-adik Uncle Ethan berkumpul di rumahnya.

Suara riuh rendah dalam bahasa Hokkian, Mandarin dan Inggris memenuhi ruangan. Febe duduk di sofa, di hadapannya terhidang banyak snack seperti lapis legit, nastar dan aneka kue kering. Mulut Febe penuh dengan nastar ketika seorang perempuan cantik berambut pendek masuk sambil menggendong seorang anak perempuan berumur 4 tahun.

Anak perempuan itu berlari ke arah tante Irma sambil berseru, "Popoo!" Tante Irma serta merta memeluknya. "Gwen, ayo kionghi kionghi sama Popo."

Tebakan Febe, perempuan itu Amanda, adik David. Parasnya mirip dengan lukisan di dinding. Amanda berjalan berkeliling menghampiri para keponakan sambil membagikan angpao.

Di hadapan David, ganti Amanda yang memberikan salam dengan mengatupkan kedua tangannya, kedua kakak beradik ini saling bercakap dalam bahasa Mandarin.

Awal-awal Febe datang, David mengatakan bahasa Chinesenya tidak bagus. Karena Febe perlu latihan bercakap dalam bahasa Inggris, mereka lebih banyak bercakap dalam bahasa Inggris.

Ternyata standar tidak bagus David masih masuk kategori di atas rata-rata.

David mengulurkan angpao kepada Gwen yang langsung ditepis Amanda.

"Eh, eh, Ko, enggak boleh kasih Gwen angpao. Koko kan belum menikah," elak Amanda.

David tetap menyelipkan amplop merah itu ke tangan Gwen. "Ini bukan angpao, ini uang jajan. Sana kasih ke Papa kamu."

Gwen menerima pemberian David lalu berlari ke belakang mencari ayahnya.

Amanda pura-pura merenggut dan mengomel dalam bahasa Mandarin bahwa David terlalu memanjakan Gwen. Omelan Amanda terhenti ketika perempuan itu menyadari kehadiran Febe. Dia melihat ke arah David dengan tatapan bertanya.

"This is Febe. Anissa' friend. You remember Anissa? Adam's sister." David ganti memperkenalkan Amanda. "My sister, Amanda."

Febe tersenyum dan menyapa Amanda, "Hi, Amanda."

Amanda melihat Febe dari atas sampai ke bawah. Mukanya masam lalu menarik David dan bertanya dengan nada tajam dalam bahasa Mandarin. "Siapa dia? Pacar Koko? Kenapa langsung dibawa pas Sincia? Ini acara keluarga!"

Febe beringsut menyingkir, pura-pura bingung mau memilih kue kering yang mana.

Dengan santai David balas menjawab, "Katanya aku disuruh cari pacar." Febe pura-pura tidak mendengar.

Ananda mencubit David lalu terus mengomel. "Cari pacar yang bener, kalau enggak bisa cari, aku aja yang cariin. Aku bisa cari yang lebih cakep!"

Wajah Febe memanas. Biasanya dia tidak terlalu peduli akan penampilannya, tetapi mendengar perempuan tak dikenal secara tidak langsung mengatakan dirinya jelek, tak urung emosi Febe sedikit naik.

David berdeham sedikit lalu berbisik tetapi tetap bisa didengar oleh Febe.

"Dia lulus dari China. Bahasa mandarinnya lebih bagus dari kamu."

Mulut Amanda spontan membuka seakan tak percaya, sedetik kemudian Amanda pergi meninggalkan David. Febe tertawa dalam hati tetapi gadis itu menunduk dan asik memperhatikan motif karpet di lantai berpura-pura tidak mendengar percakapan kedua bersaudara itu. Amanda tidak suka padanya. Apa masalahnya? Dia bukan pacar David dan tidak ada rencana ke sana.

PhiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang