Part 27

1K 210 36
                                    

Valentine's Day

Lampu-lampu berpendar terang menerangi jalan dari tempat parkir Condominium ke unit David. Sangking otomatisnya, kaki David melangkah tanpa berpikir, membebaskan otaknya memikirkan banyak hal.

Hari ini David sengaja lembur. Kantornya sudah kosong sejak sore. Dia mengizinkan para karyawannya pulang lebih cepat untuk dinner dengan pasangan atau pacar mereka sekaligus juga memberikan 'perayaan' kecil atas keberhasilan tim-nya dengan deal baru yang mereka buat dengan sebuah pabrik semikonduktor di Vietnam.

"Well done. You should take a break." pesan ayahnya ketika menerima kabar dari David. Pesan yang dia iyakan, tetapi hampir pasti tidak akan dia lakukan.

Sudah dua bulan dan hidupnya dari luar baik-baik saja. Semua urusan di kantor beres, new deal, dan sudah ada beberapa rencana kerja sama yang kemungkinan besar juga akan berhasil.

Baik-baik saja. Hidupnya baik-baik saja.

Lift terbuka di lantainya. David memutar kuncinya dan mendorong pintu depan. Begitu masuk ia tersadar ada orang lain di Condo nya. Lampu ruang tamu menyala terang, meja makan tertata. Dia hampir membayangkan Febe yang ada di sana, tetapi yang keluar dari dapur justru ibunya.

"Hi Mom!" David tidak terkejut dengar kehadiran ibunya. Kedua orang tuanya punya kunci cadangan, dan dia tidak seperti pemuda lain yang mengharuskan orang tuanya menelpon terlebih dahulu. Diam-diam ia justru senang malam ini ia ada teman bicara.

"Mommy masakkin kesukaan kamu. Steamed fish." Ibunya menyendokkan nasi untuk David. David tidak bertanya kenapa ibunya bisa begitu yakin malam ini dia tidak kemana-mana.

Dengan patuh dia menerima piring dan meladeni celoteh ibunya yang tidak berubah dari sejak ia kecil. Bagaimana harinya, ada cerita menarik apa hari ini. Setelah sepuluh menit ngobrol ngalur ngidul, ibunya menarik napas lalu bertanya

"Kamu kenapa sih putus dengan Febe?"

David mengeluh dalam hati. Setelah seharian di kantor, pulang dia masih harus berpikir keras dan mencari strategi menghadapi perempuan yang melahirkannya.

"Itu aku yang salah, Mom."

Nancy datang dan ia mendiamkan Febe selama beberapa hari. Perempuan mana yang tidak terluka? Dia tak pernah jujur, tak pernah bercerita kepada Febe.

Mom menarik kursi dan menatap David dalam-dalam.

"Kamu yang salah?"

David mengangguk. "I miss your food, Mom." Pertanyaan ibunya membuat selera makannya menguap. Namun, tangannya tetap mengambil potongan ikan terakhir, sendoknya mengaduk-ngaduk campuran kecap asin dan mencampurnya dengan nasi. "Yummy as usual."

"Febe ga lakukan sesuatu yang bikin kalian putus?"

David merasa seolah dia kembali menjadi bocah yang dicurigai mengambil kerupuk terakhir dari kaleng Khong Guan.

"Nope. It's all my fault," jawabnya singkat.

"Kok Febe ceritanya beda?"

"What did she said?" Rasa penasaran menguar di benak David.

Perempuan paruh baya itu terkekeh kecil. "Penasaran kamu?"

Setelah puas tertawa baru ibunya menceritakan sisi lain, Febe meminta bertemu, meminta maaf harus mengakhiri hubungan dengan David. Febe juga berterima kasih selama setahun keluarga David memperlakukannya dengan baik.

"Versi Febe yang salah dia bukan kamu. Pakai acara bilang 'bukan salah David, Tante. David jangan diomelin ya." Mom menepuk-nepuk tangan David. "Biasanya orang berantem ngotot dia benar pasangannya yang salah. Kalian berdua kok aneh? Malah ngotot kalian yang salah pasangan kalian benar." Senyum tipis terukir.

PhiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang