Part 19

993 208 43
                                    

Salah satu kalimat yang sering diungkapkan oleh komandannya dulu selama menjalani wajib militer adalah, "In battle, use the normal force to engage, use the extraordinary to win."

Kutipan itu diambil dari buku Sun Tzu Art of War.

Unit David adalah unit special force yang menerima banyak sekali pelatihan dalam berbagai medan tempur. Dad begitu bangga ketika mendengar kabar, David, putranya terpilih masuk ke dalam unit komando. Ketika dia selesai melakukan tugasnya, di upacara pelantikan, Dad menatapnya dengan mata berkaca-kaca.

"Son." Dad menepuk bahu David dua kali, lalu memeluknya erat-erat.

Di masa kecilnya, Dad acap menunjukkan kekuatiran akan David yang dianggap terlalu pendiam dan tidak punya jiwa pemimpin. Karena nilai PSLE (ujian SD) David tinggi, David punya pilihan masuk ke sekolah-sekolah TOP, tetapi Dad memintanya mendaftar di sekolah khusus pria. Salah satu alasannya karena ingin David lebih berkembang di dalam kepemimpinan, semua pelajar di sekolah itu diwajibkan mengikuti dua ekstra kurikuler dengan salah satunya adalah uniform group, ekstra kurikuler yang mengajarkan disiplin fisik dan keterampilan seperti pramuka. Sejak mengikuti NCC (National Cadet Corps), David perlahan keluar dari cangkangnya dan mulai lebih berani.

Pelatihan di NCC membantu David untuk bisa masuk ke unit komando. Salah satu yang David pelajari adalah menggunakan strategi untuk menipu lawan. Strategi yang David terapkan secara terbalik kepada Febe. Sadar, Febe menghindarinya, David membiarkannya.

Tiga hari pertama, David lebih banyak di kamar, selain karena memang obat yang diberikan dokternya membuat sangat mengantuk, David juga tidak ingin membuat Febe kabur.

Setiap pagi, ketika Febe datang, David sudah bangun tetapi dia memilih tetap di kamar. Dia mendengar suara Febe membuka pintu lalu suara-suara orang bekerja di dapur. Satu jam kemudian, David baru keluar, pura-pura baru bangun dan tidak berusaha untuk menjalin percakapan dengan Febe selain basa-basi dengan beberapa kalimat singkat.

Setelah dia melihat raut muka Febe tidak lagi tegang ketika dirinya keluar dari kamar, David memutuskan untuk maju ke tahap kedua.

Pagi itu, dia sengaja bangun lebih pagi dan membeli bubur ayam di hawker dekat rumah. Febe membuka pintu, terkejut melihat David sudah bangun dan duduk di meja makan.

"Mau bubur?" David memberi sinyal ke arah dua mangkok bubur, cakwe yang sudah dipotong-potong dan kerupuk udang yang selalu tersedia di lemari dapurnya.

Mulut Febe mengatup tipis. David tahu gadis itu tak ingin berinteraksinya dengannya tetapi tawaran memakan bubur ayam kesukaan Febe sulit untuk ditolak.

"Masih hangat." David berdiri menuju ke arah pintu depan dan menutupnya. Membuat Febe mau tak mau masuk ke dalam ruangan.

Perlahan, Febe duduk dan melirik sekitarnya dengan curiga. David menarik kursi di hadapan Febe dan tanpa mengatakan apapun mulai menyantap buburnya. Sengaja, David pura-pura tenggelam ke dalam email-email yang dia baca. Dari sudut matanya, David bisa melihat bahu Febe mulai turun, tanda dia tidak lagi merasa terancam.

"Enak?" tanya David, sambil tetap memaku pandangannya pada ponselnya. Seolah pertanyaan itu basa-basi.

"Lumayan."

David kembali diam. Sesuai dengan rencananya, David selesai makan terlebih dahulu. Dia menegak habis air di gelasnya. Menuang air ke gelas Febe, lalu mengangkat piringnya ke dapur.

"Nanti aku saja yang cuci," sambar Febe tiba-tiba.

David mengangguk. "Makasih." Tersenyum kecil, David masuk ke kamarnya lagi.

PhiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang