Part 26

925 197 27
                                    

Januari

David membuka pintu apartemen yang kosong. Bau pengap karena sudah beberapa hari tak dibuka menyergapnya. Pria itu menyalakan lampu, berkeliling membuka jendela. Dadanya menghirup udara yang masuk dalam-dalam.

Tangannya menekan tombol TV dan sontak muncul dua orang membacakan berita. Tanpa mendengarkan, David membawa kopernya, membukanya di depan mesin cuci, memasukkan semua baju kotornya dan mulai menjalankan mesin cuci.

Pria itu membuka kulkas, mengambil sebotol sparkling wine, meminumnya langsung dari botol, lalu dia duduk di lantai. Bersandar pada mesin cuci, duduk diam ditemani deru mesin cuci dan sayup-sayup suara pembaca berita dari ruang tamu.

Hari ini hari ulang tahunnya. David sengaja pulang lebih cepat dari business trip tanpa memberitahu siapa-siapa. Amanda mengajaknya video call. Sekarang hubungan mereka kembali seperti dulu. Saling meledek, saling mengejek. Tahun ini tumben Amanda tidak menyinggung soal mencari pacar baru.

Mom and Dad meneleponnya mengucapkan selamat ketika dia sudah tiba di bandara, tetapi David tidak mengatakan kepada mereka jika ia pulang. Kalau orangtuanya tahu dia sudah kembali ke Singapura, mereka pasti mengajaknya makan malam.

They won't let him celebrate his birthday alone. Namun, David tidak ingin ramai-ramai. Tidak ingin pura-pura gembira, pura-pura bahagia.

Tahun Baru, David sudah memberitahu kepada kedua orang tuanya bahwa Febe dan dirinya memutuskan untuk berpisah. Keduanya tak mengatakan apa-apa. Bahkan Mom yang biasanya cerewet hanya memeluknya lebih lama. Tak ada pertanyaan, kenapa, mengapa. Mungkin suaranya lebih berat, atau mukanya lebih muram sehingga mereka bisa merasakan kekecewaannya.

David hanya ingin sendiri. Botol Sparkling wine dia ayunkan di depannya. Punggungnya sedikit bergetar terkena getaran mesin cuci. Nancy mengirimkan ucapan selamat ulang tahun lewat sosial media. Pesannya singkat.

Happy Birthday, Vid. All the best for your future.

Ajaibnya perasaan David biasa saja. Pesan Nancy dia abaikan begitu saja. Bahkan sesederhana ucapan sopan terima kasih pun tak dia ungkapkan.

Yang dia harapkan justru pesan dari Febe. Sejak Natal, Febe menghilang. Sebelum berangkat business trip, David mampir ke HDB Febe. Dia berdiri di depan flat seperti orang bodoh, ragu-ragu menekan bel dan setelah menekan berkali-kali, pintu terbuka. Seorang gadis India melonggokan kepala. Katanya Febe sudah pindah. Pintu langsung ditutup kembali.

Sebenarnya ketika Amanda menuduhnya memacari Febe karena David mencari gadis yang tidak seperti Nancy, ada benarnya. Dia benci dicampakkan tanpa sadar dia memutuskan untuk mencari gadis yang dia pikir tidak akan mencampakkannya. Gadis penurut.

Apalagi kedua orang tuanya suka dengan Febe.

Amanda tak sepenuhnya salah. Untungnya ketika David menyadari Febe ternyata tidak seperti itu, sesuatu yang tidak disangka muncul. Febe yang ini justru lebih menawan.

Puncaknya ketika Febe menghidangkan Babette's Feast. Ingatan David kembali ke tokoh di dalam film Babbete's Feast, pak Jenderal yang meninggalkan kekasih hati masa mudanya.

David versi remaja tak habis pikir dengan tokoh pak Jenderal yang tergila-gila pada Martine tetapi malah memutuskan untuk pergi sekalipun seumur hidup ia tetap mencintai Martine. Stupid, David menggelengkan kepala tanpa sadar bahwa beberapa dekade kemudian ia mengerti sisi lain dari Jenderal.

"Mercy and truth have met together. Righteousness and bliss shall kiss one another."

David memeriksa ponselnya lagi entah untuk keberapa kalinya. Siapa tahu Febe sibuk sehingga baru bisa mengirim pesan malam hari. Ucapan selamat, apapun. Tak ada. David tergoda menghubungi Febe menanyakan kabar. Atau mungkin bahkan dengan sedikit tidak tahu malu memberitahu kepada Febe.

PhiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang