Part 13

950 173 31
                                    

Ballet Under The Stars, Fort Canning,

Juli 2010

Sudah dua bulan mereka resmi berpacaran. Sore itu, David mengajak Febe menonton Ballet Under The Stars, petunjukan balet yang di adakan di lapangan rumput terbuka di daerah Fort Canning Green.

Keluarga David punya tradisi menonton Ballet Under the Stars setiap tahun sejak David masih SMP. Febe berusaha mengingat semua tradisi keluarga David yang ternyata cukup banyak. Sunday night dinner di Fullerton, lalu sekarang Ballet Under the Stars. Sayang tahun ini, bertepatan dengan acara pernikahan anak partner Uncle Ethan di Beijing sehingga Tante Irma tidak ikut menonton dengan mereka.

Beberapa pasangan mungkin risih jika ada calon mertua menimbrung kencan. Febe justru lebih tenang. Karena di hadapan orang tuanya, David lebih kalem dan jaim.

"Kamu nonton balet tiap tahun?" Febe tertawa geli membayangkan David satu-satunya remaja pria yang hadir dikelilingi gadis-gadis kecil dengan tutu dan tuara. dan keluarga mereka.

"Dipaksa my mom. Ritual keluarga seperti memasang pohon Natal. Amanda dulu belajar ballet. Setiap tahun, Amanda, Nan-," David berdehem sejenak, "dan teman-temannya ikut kami nonton."

Taruhan, Febe yakin Nan itu singkatan dari Nancy. Namun, dia sudah bertekad tidak akan menjadi pacar cemburuan yang merengek-rengek manja minta kekasihnya menceritakan semua detail hubungannya di masa lalu. Seperti saran Anissa, dia harus bersikap dewasa.

David menemukan spot yang bagus, mengelar tikar lebar dan menaruh keranjang piknik. Sambil menunggu pertunjukan dimulai, mereka memakan hot dog, sandwiches, buah-buah potong dan bergelas-gelas sparkling wine. Setiap gelasnya kosong, David menuangnya lagi. Febe terbawa suasana sore yang semarak dengan ratusan keluarga lain yang menggelar tikar dan duduk di sekitar mereka.

Suasana sempat tidak enak ketika Amanda datang bersama dengan keluarganya dan menyambut Febe dengan dingin. Febe tak ambil pusing, dia tak ingin sikap tak bersahabat Amanda mengacaukan moodnya.

Ketika pertunjukan mulai, Febe menikmati melihat ballerina-ballerina cantik berdansa dengan memukau. David melingkarkan tangannya di pinggang Febe, sesekali memberi penjelasan dengan adegan yang sedang ditarikan.

"Kamu tahu banyak soal ballet?"

"Terpaksa. Dulu, aku tidak ada kerjaan selain membaca berulang-ulang brosur berisi keterangan tarian yang dibagikan," aku David sambil tertawa. Dia mengambil anggur dan menyuapkannya ke mulut Febe. Dari ujung matanya, Febe bisa melihat Amanda menatapnya setajam pisau.

Namun, langit yang tadinya biru beranjak gelap dengan awan hitam yang menggelayut. Pertunjukan tetap berlanjut hanya saja, kini para pengunjung mulai membuka payung masing -masing. Febe dan David membuka payung yang sudah mereka siapkan, tetapi ada kegaduhan di tikar Amanda. Salah satu payung mereka rusak. Dan Thomas hanya membuat sebuah payung yang tentu saja tidak akan cukup untuk Gwen dan teman.

David memberikan payungnya kepada Thomas dan berbagi payung dengan Febe. Bahu David menempel di bahunya dan untuk menghindari basah karena kehujanan mau tak mau mereka berdua meringkuk di bawah payung.

Aku mestinya bawa jaket, batin Febe menyesali sore ini dia mengenakan off shoulder summer dress.

"Dingin?" tanya David. Tanpa menunggu jawaban, tangan kanannya memeluk Febe, membawa separuh badan Febe untuk menempel dengan dadanya.

"Mestinya aku enggak pakai baju ini tadi," gumam Febe.

"Cocok."

Febe tak berani menoleh ke arah David, manik matanya terus terarah ke panggung menonton para ballerina yang masih asyik menari tanpa menghiraukan hujan yang turun.

PhiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang