Part 35

973 189 45
                                    

Hari Sabtu, David mengajak Febe piknik di taman dekat rumahnya. Sayang baru saja mereka menggelar tikar, hujan badai membuyarkan rencana mereka.

David memberi tanda supaya Febe mengikutinya lari masuk ke gazebo. Tangan kanannya sibuk menenteng keranjang piknik sedangkan tangan kanannya menggandeng Febe.

"Sekarang!" David memberi aba-aba ketika melihat derap hujan yang sedikit mereda. Keduanya lari menerobos hujan badai yang tiba-tiba muncul tanpa diundang. Acara makan siang sambil piknik yang mereka rencanakan terpaksa buyar.

Di gazebo, Febe mencoba mengibaskan sebanyak mungkin air yang melekat di kaosnya. Upaya yang sia-sia.

"Kita tadi enggak bawa payung," gerutu Febe.

"Tak apa-apa lah. Ini cuma air." seringai David.

"Cuma air, tapi kita semua basah," keluh Febe. "Minggu depan kan kamu pergi lagi. Kalau kamu sakit gimana."

Senyum David makin melebar. Hidupnya lebih bahagia ketika ada orang yang peduli dengan dirinya. Taman tempat mereka piknik, tak jauh dari condonya. Tetapi tak ada shelter sepanjang jalan. Pandangannya terarah kepada Febe yang menatap hujan sambil bersedekap. Kaos putih yang gadis itu kenakan melekat erat pada kulitnya.Tangan kanan Febe naik di dahinya lalu mulai menggaruk alisnya.

Sh*t!

David buru-buru melihat ke tong sampah di belakang Febe. Dari kaos putih Febe terbayang jelas apa yang seharusnya tidak David lihat.

Focus! Otak pria itu memerintahkan untuk menayangkan peta dari seluruh kawasan sekitar taman hingga ke rumahnya.

"Ada satu jalan yang ada covernya." David menunjuk ke jalan raya yang cukup jauh dari tempat mereka. "Dari situ kita bisa jalan ke foodcourt lalu ke pintu belakang condoku."

Febe mengangguk. "Tunggu sampai hujannya–" Kalimatnya terhenti karena tiba-tiba gadis itu bersin beberapa kali. Setiap bersin bahu Febe bergetar dan ...

David memaki berkali-kali dan hanya berani melihat ke langit-langit.

"Hujannya tidak akan tambah reda. Lebih baik kita jalan sekarang," putus David setelah Febe bersin entah untuk keberapa kalinya. Sebelum dia jadi gila.

David melihat ada koran yang tergeletak di kursi gazebo. Dia membukanya lalu memberikan kepada Febe untuk menudungi kepala Febe. Rute yang David ambil membawa mereka masuk ke condonya dalam waktu singkat. Tiba dengan rumah, tanpa menghiraukan, air yang menetes dari pakaiannya, David masuk ke kamar dan keluar dengan handuk besar.

"Keringkan dulu kepalamu."

Febe mengangkat kedua tangannya dan ... David kembali ke kamarnya. Ini tidak baik. Tidak baik. Dari dalam kamar, David memanggil Febe.

"Feb, kamu ada baju ganti?"

"Mana ada, Vid."

David mengerang dalam hati. Dia mencari tumpukan kaos lama dan teringat mungkin ada pakaian Amanda di kamar tamu. Dia masuk ke kamar tamu dan hanya menemukan celana pendek Amanda. Lebih baik daripada tidak ada sama sekali. Tapi bagaimana dengan baju atasan? Febe perlu baju!

Di sudut lemari kamar tamu, David menemukan dua kaos tua Amanda. Tanpa banyak berpikir David mengambil kaos berwarna gelap.

"Kamu mandi dulu, aku nyalakan heaternya. Ini baju ganti," perintah David sambil terus berpesan kepada matanya.

Look at her face.

Don't look down.

Look at her face.

PhiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang