Sial! Sial! Sial!
Sialan. Ingatan apa itu? Dan.... Kenapa baru sekarang?
Mengacak rambut frustasai. Aku ingat aku pingsan setelah berbicara dengan Shauni. Dan itu karena aku akan mendapat ingatan ini?
Inikah alasan kematian Irish? Dalang utama yang memprovokasinya adalah.... Shauni? Plot twist macam apa ini? Ini jelas tidak ada dalam cerita. Haishh!!!
------------------------------------------------
Sebelumnya, aku terbangun dan menemukan aku telah berada dikamar yang berbeda dari kamarku yang biasa saja. Kamar ini lebih Mewah dan luas. Dominan warna putih dan emas memberi kesan akan kemegahan dan keagungan. Kasurnya lebar, halus, lembut dan empuk. Tiang kayu dan emas menyangga disisi kasur. Dengan tambahan kasa juga rumbai. Terlihat mewah, namun terasa dingin dan hampa. Berbeda dari kamarku yang meski sederhana, terasa hangat dan menenangkan.
Cklekk!!!
Sibuk dengan pemikiran, masuk Duke dan para anteknya.
"Irish... Kau sudah sadar?" ujar Duke terkejut.
Mendengar suara Duke yang mengatakan Irish telah sadar, ketiga kakaknya berbondong bondong masuk kedalam. Mereka menemukan Irish bersandar dikepala ranjang dengan wajah pucat.
"Kau baik baik saja? Adakah yang terasa tidak nyaman?" Tanya beruntun Duke dengan nada ramah. Tak ada nada dingin dan wajah datar yang dia tunjukkan dihari biasa.
"Aku akan memeriksanya." ujar Theo mengambil alih suasana. Dia ahli dalam pengobatan jadi jangan heran. Ingat? Dia mendapat gelar penyihir muda genius. Selain itu mereka merasa akan lebih baik kalau Irish tak dirawat atau disentuh orang lain.
Semua menyingkir, dengan peka memberi ruang pada Theo untuk memeriksa keadaan Irish. Dengan terampil, Theo segera meraih tangan pucat Irish dan merasakan denyut nadinya. Mereka memberikan tatapan sendu melihat keadaan Irish. Ada rasa bersalah yang kuat mengganjal dihati mereka.
"Dia sudah lebih baik. Hanya perlu beristirahat. Dan akan lebih baik kalau tidak memikirkan hal berat yang membuat stress."
Semua mendengarkan dengan seksama penjelasan Theo. Bila Irish perhatikan, mereka memasang wajah suram dan tampilan agak kusut. Tidak seperti hari biasa yang walau raut dingin tapi terlihat segar.
"Be-rapa la-ma?" suaranya lemah dan terbata.
Mereka yang paham menjawab dan dengan peka Maxime mengambil segelas air lalu memberikannya pada Irish.
"Tiga hari." Jawab Maxime tenang dan lembut. Dengan penuh perhatian, dia mengusap air yang tumpah membasahi dagu Irish. Air itu tumpah karena Irish yang tidak sabar dan meminum dengan tergesa lebih tepatnya rakus.
"Dimana?" kali ini suaranya sudah lebih baik. Bertanya dan mengedarkan pandangan memberi kode.
"Kamar Ayah." Duke menjawab. Sekali lagi suaranya tidaklah berubah.
Irish paham, sekarang dia tengah berada dikamar Duke itulah mengapa dekorasinya berbeda dari kamar miliknya. Tidak lagi bertanya karena dia sudah yakin kalau Duke lah yang membawanya kemari.
Melihat Irish melamun, Duke memberanikan diri mengusap kepalanya. Hasilnya, dia tidak mendapat penolakan. Sebaliknya tatapan polos dengan raut bingung yang dia dapatkan, "Jangan melamun!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Part Of Mine
FantasyOrrin Nara gadis berusia 18 tahun. Merasa hidupnya tidak beruntung. Ditinggalkan Ibu dan kakak laki laki satu satunya, membuat dia harus tinggal bersama ayahnya yang seorang penjudi, pemabuk dan sering melakukan kekerasan. Luka fisik dan mental tak...