02

658 53 2
                                    

Happy Reading



Yoshi menatap kepergian Haruto menuju lantai 2 dimana kamarnya berada bersama Jennie, meski Yoshi mulai mengabaikan Haruto saat insiden Junghwan 3 tahun lalu. Apa yang membuat adiknya itu berubah? Apa menyesal? Bersalah? Atau tidak peduli? 3 tahun ini dirinya dan Bundanya tidak mendapatkan kabar sama sekali soal Haruto, pemuda itu seolah hilang ditelan bumi sampai ayah kandungnya datang lalu meminta cerai saat itu pula Jennie menanyakan Haruto pada Hanbin namun balasannya hanya bentakan membuat Yoshi marah dan berakhir memukulnya.

Jennie juga tidak mau bercerai dengan alasan yang tidak ada sama sekali namun dengan ancaman dan paksaan jika tidak menyetujuinya maka Haruto akan celaka. Jennie mau tak mau menerimanya kemudian 1 tahun berlalu orang yang Jennie suruh untuk melacak keberadaan Haruto akhirnya menemukan Haruto bahkan nomornya juga entah dari siapa. Tanpa basa-basi Jennie langsung menelfon nomor itu dan benar saja suara yang paling dirindukan Jennie terdengar namun perubahan dari umur membuat suara Haruto cukup berat.

"Gimana? Bunda ga pernah renovasi kamarmu apa Haru suka? " tanya Jennie.

"Suka" Jennie tersenyum tipis berusaha memahami sifat putranya yang satu ini.

"Kalo mau ada yang dirubah bilang ke bunda yah? Bunda kabulin semua permintaan anak ganteng bunda" Haruto tersenyum tipis sebagai tanggapan.

"Aku ingin kedap suara" ujar Haruto, dia tak mau seisi rumah ini mendengar suara yang tidak seharusnya.

"Heumm.... Baiklah kamu juga udah mulai memasuki masa itu" ujar Jennie bercanda.

"Haru mau sekolah? " tanya Jennie, Haruto menoleh.

"Tentu... Jika tidak ini... " jawab Haruto cepat Jennie menatap penasaran dengan pergerakan Haruto.

"Kalo tidak mau tidak papa" ujar Jennie lembut.

"T-tidak, aku akan sekolah dan belajar dengan baik! " ujar Haruto lagi dengan panik menatap sang bunda, Jennie semakin heran.

"Kamu kenapa? " Haruto akhirnya tersadar, tidak ada yang boleh tahu soal ini.

"Tidak papa, maaf bunda" Haruto sedikit menunduk. Jennie memegang tangan Haruto secara tiba-tiba dan respon Haruto tersentak dan menjauhkan kedua tangannya.

"Kemarikan tanganmu! "

Ctarr

Ctarr

"Maafkqn aku... Ini Sakit... Tolong! Maafkan aku... Maaf! "

"Ini pelajaran untukmu! " sebuah besi yang sudah dipanaskan itu didekatkan pada lengan yang dipenuhi luka gores mengenaskan itu.

Crss

"Akhhh!"

Haruto menggeleng, keringat dingin mengucur dikeningnya.

"Haru kenapa? Apa ada yang sakit? " tanya Jennie khawatir.

"A-aku ingin istirahat" ujar Haruto pelan, Jennie mengangguk meski khawatir dengan putra satunya ini.

"Istirahat yang cukup yah anak bunda" Jennie berniat mengelus rambut Haruto namun Haruto kembali merespon dengan menjauh takut.

"Ada apa denganmu nak... " Jennie membatin merasakan sakit ketika Haruto menjauh.

"Maaf... " Jenni mencoba tersenyum.

"Tidak papa, bunda pergi yah anak bunda yang ganteng" Haruto mengangguk tanpa menatap Jennie. Setelah kepergian Jennie Haruto berbaring di kasurnya dengan bantal untuk menutupi matanya merasa bersalah pada bundanya. Lagi-lagi bayangan itu kembali muncul.

ConfidentialTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang