01

766 47 0
                                    

Happy Reading

"See? I'm the only one visiting you dad" Ujar Haruto memegang payung hitam karena cuaca yang mendung serta hujan yang lumayan deras di negeri Amerika ini.

" May you rest in peace Kim Hanbin" Haruto berjalan pergi dari pemakaman ayahnya itu, tidak ada jejak air mata, hanya tatapan dingin dan tersirat sesuatu disana serta wajah tanpa ekspresi.

Drrttt

Drrtt

"Hello, why again Jeo?"

"Hey Haruto can you speak your language? I've studied it" ujar pria disebrang bernama Jeongwoo merasa kesal. Haruto terkekeh pelan dengan raut wajah datar.

"Baiklah, jadi ada apa? " tanya Haruto

"Sudah 3 tahun, kau tak mau kembali setelah bajingan itu berada dineraka? " tanya Jeongwoo di sebrang. Haruto berfikir sejenak melihat keluar jendela kamar disebuah rumah yang cukup besar itu hanya dirinya seorang di sini.

"Entah" jawab Haruto seadanya.

"Huh... Kau sekarang semakin berbeda sejak pertama kali pindah" Jeongwoo mendengus kesal, menurutnya Haruto yang dulu tidak sedingin, sependiam dan bicara sesingkat ini. Ya... Meski dulu Haruto pendiam namun masih bisa berbaur dengan orang lain bahkan Haruto selama di Amerika bergabung dengan Geng bernama Enhy'blood, Geng yang selalu ikut mengadakan balapan liar maupun tidak, Haruto bergabung di Geng itu.

"Gue tutup" Haruto mengakhiri panggilannya dengan Jeongwoo, Sahabat dekatnya selama di Amerika selain anggota Enhy'blood Jeongwoolah yang selalu dekat denganya, selalu ada dan mengerti kondisinya. Sedangkan Orang yang baru saja menelfon Haruto mencak-mencak karena telfonnya ditutup seenaknya oleh Haruto.

"Gue pengin tidur, tapi itu bakal datang lagi" Gumam Haruto, bawah matanya menghitam seperti panda bahkan tubuhnya lelah serta sakit.

Drttt

Drttt

Haruto melirik ponselnya yang terdapat nomor asing disana, ia mulai was-was jika itu adalah orang jahat namun bagaimana jika bukan? Haruto ragu untuk menjawabnya atau tidak, ia pernah sekali mengalami hal ini.

Berfikir beberapa detik akhirnya Haruto menjawabnya dengan takut menekan ikon hijau untuk menjawab.

"H-halo? "

"Apa ini benar nomor Kim Haruto? " suara seorang perempuan yang sepertinya tidak terlalu muda terdengar ditelinga Haruto.

"Benar" jawab Haruto berusaha tenang meski tangannya sudah dingin dan gemetar.

"Nak, ini bunda.... " suara itu, Haruto bari sadar jika suara yang menelfon nya adalah ibunya.

"Bunda.... " ujar Haruto pelan. Telinganya mendengar suara isakan disana.

"Bunda rindu Haru, bisakah Haru kembali? Kenapa tidak menghubungi bunda kalo Haru pergi jauh sama ayah? " tangan Jennie menuntut diiringi isak tangisnya.

"Maaf" Jennie merasa hatinya mencelos, kenapa suara putranya berbeda? Terdengar berat, dingin dan... Singkat?

"Haru gakpapa kan? Haru dimana? Bunda mau kesana liat Haru, bunda kangen" ujar Jennie bertanya.

"Aku gakpapa bunda" Haruto tersenyum tipis meski tak ada yang melihat.

"Haru mau kembali ke Indonesia? Tinggal sama bunda sama abang lagi? Kalo Haru gamau bunda akan menjenguk Haru disana" Haruto mencengkram kuat jas hitam yang Ia pakai saat pergi ke pemakaman.

"A-aku mau pulang, aku di Amerika" ujar Haruto kemudian menggigit bibir bawahnya. Jennie disebrang tersenyum senang merasa bahagia.

"Apa perlu bunda jemput? Dimana ayah? "  ayah.... Haruto tak ingin mendengar dan membahas pria tua itu.

ConfidentialTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang