Happy Reading
"Sorry gue gak jadi berangkat sekarang Ru, gara-gara ni bocah ngebet pengen ikut" ujae Jeongwoo disebrang, siang ini Haruto melakukan video call bersama Jeongwoo karna Jeongwoo tau Haruto akan terlelap tanpa sadar saat siang hari, ia melakukan ini untuk berjaga saja.
"Ngapa sih bang? Protes amat" disebelah Jeongwoo terdapat adiknya yang bernama Jeonghyeon sedang merengut tak terima.
"Ya lu! Gara-gara lu ngotot pengen ikut jadi mommy harus ngurus surat kepindahan lo! 3 hari! " seru Jeongwoo, kakak beradik itu saling bertatap tajam dengan mata yang memang mirip seperti Serigala.
"Bodoamat! Yang penting gue bisa ke negara tempat mommy lahir! " balas Jeonghyeon, dulunya ibu dari Lee bersaudara itu adalah warga negara indonesia namun karena sang ayah yang meminta untuk menetap di Negri kelahirannya yaitu di Amerika kedua anak itu belum pernah merasakan sensasi tempat kelahiran sang Ibu.
"Lo! Hihh! Gemes pengen tendang lo ke tuhan! " geram Jeongwoo sembari memperagakan kedua tangannya.
"Bang Ruto! " Haruto menghela nafas, kebiasaan jika mereka berdua berkelahi maka Jeonghyeon berakhir mengadu padanya.
"Huu tukang ngadu! Lembek amat jdi cowo gaada gentleman nya" ujar Jeongwoo menyoraki adiknya itu.
"Lo-"
"Sttt! " Jeongwoo mengisyaratkan dengan jarinya ketika tak sengaja melirik laptopnya yang sedang melakukan Vc brsama Haruto, dia tertidur seolah tidak terganggu oleh kebisingan mereka berdua padahal baru beberapa menit Jeonghyeon mengadu.
Mereka berdua saling pandang seolah berfikiran yang sama melupakan perdebatan barusan.
"Kadang gue sedih liat Bang Haruto" ujar Junghyeon pelan, Jeongwoo berdehem menanggapinya.
"Bajingan itu udah mati, masih ada 1 lagi yang mungkin bakal keluyuran bentar lagi. Kekuasaan bisa mengatur segalanya" Ujar Jeongwoo dengan nada dingin serta sorot mata marah.
"Alesan gue ini bang" Jeonghyeon menatap kakaknya itu mengatakan alasan dirinya yang ngotot ikut bersama Jeongwoo ke Indonesia jika ada sesuatu yang terjadi maka Jeongwoo tidak sendiri, dirinya berguna kan?
"3 hari kebuang sia-sia gara-gara lo ya Jeong! " Oke Jeongwoo mulai memancing.
"Kok gue sih?! "
"Tau gini mending dari awal gue ikut Haruto biar gak ada beban yang ikut" Jeonghyeon melotot tak terima.
"Lo bilang gue be-"
"Arghhh! " mereka berdua sontak menoleh ke laptop milik Jeongwoo, disana Haruto menutupi wajahnya dengan kedua tangan gemetar menggeram tertahan.
"Ru! Bangun Ru! " seru Jeongwoo kala Haruto berteriak kesakitan.
"Ampunn arghh! Sakit... Tolong-... " Jeonghyeon memalingkan wajahnya tak sanggup.
"Bang, lo bisa! Lawan! " seru Jeonghyeon ikut membangunkan Haruto yang masih bergerak gusar.
Haruto terus bergerak di kasurnya bergumam meminta pertolongan dan sakit. Sampai suara Jeongwoo dan Jeonghyeon terus memanggilnya Haruto membuka matanya kemudian menatap sekitarnya panik.
"Ru tenang, lo ada di kamar lo di mansion bunda Jennie. Dia gak ada" Haruto mendengarkan ucapan Jeongwoo bingung.
"Gak ada....? "Lee bersaudara itu mengangguk menenangkan Haruto.
"Sakit... Dingin... " Jeongwoo menghela nafas, Haruto pasti akan izin untuk berendam air panas lagi, terbukti dengan tubuhnya yang mengigil.
"Ga boleh, matiin Ac nya terus pake selimut yang banyak" Haruto yang mendengar larangan itu merengut dengan bibir pucat yang gemetar.
"G-gak kuat Woo... " mohon Haruto namun Jeongwoo tetap dengan pendirian nya, karena masih ada beberapa luka yang masih baru dan basah jika terkena air maka luka itu terus terbuka dan tidak akan pernah kering.
"Emang enak ya berendam gitu? Gue serasa direbus jadi Sup buatan Mommy" ujar Jeonghyeon penasaran namun dibalik itu dirinya sedang mengalihkan perhatian Haruto yang terus berguman dingin.
"Gue mohon... " pinta Haruto lirih, sorot matanya menyendu serta wajahnya yang pucat.
"Ru tau rasa sakit gimana? "Haruto terdiam, Lee bersaudara itu tersenyum tipis. Haruto mulai teralihkan buktinya raur wajah yang sendu dan menahan takut, sakit berubah menjadi memikirkan sesuatu.
"Gue sering nerima sakit tapi ga tau dideskripsikan" ujar Haruto pelan.
"Gue kasih tau ya, mau denger? " Haruto kembali diam kemudian nengangguk, fikirannya seratus persen teralihkan oleh Lee bersaudara itu.
"Menurut gue, rasa sakit itu contohnya kayak sesuatu yang buat luka ditubuh akan dirasa apa? Perih? Mungkin ada yang cuman mikir itu doang. But, gue cuma berfikir kalo rasa sakit itu ada buat lindungin sama tau dimana yang gak beres sama tubuh. Lo rasain gak? "Haruto mengangguk, Jeongwoo tersenyum tipis.
"Boleh juga lo bang" puji Jeonghyeon, Jeongwoo tersenyum merasa bangga.
"Berarti tubuh gue bermasalah dari kecil ya... " seketika Lee bersaudara itu saling pandang, Jeonghyeon mendatarkan ekspresinya.
"Seandainya gue bisa muter waktu, gue mau bilang 'lo boleh juga bang, boleh buat disantet pake boneka yang mommy punya' " ujar Jeonghyeon berbicara lempeng.
"Dimana-mana boneka sante mah kayak Jerami! Lo sama aja! " balas Jeongwoo tak Terima.
"Semua boneka bego! " Bantah Jeonghyeon lagi.
"Jerami!"
"Semua! "
"Tau darimana lo cuman bisa pake boneka jerami ha?! " seru Jenghyeon
"Di anime Jujutsu kaisen yang Nobara mukul palu pake paku! Lo?!" Seru Jeongwoo terlalu berlebihan sampai tidak mengoreksi ucapannya barusan.
"Wibu! Gue murni dari fikiran nih! " Jeonghyeon menunjuk kepalanya sendiri.
"Sudah" Haruto yang sudah sepenuhnya tenang berkat perdebatan tidak ada ujungnya itu.
"Gue tutup, makasih" ujar Haruto mematikan video call tanpa disetujui Pihak yang kini kembali berdebat layaknya bebek yang terus bersuara.
Haruto menatap dirinya sendiri yang berbalut kaos hitam lengan panjang, dibalik kain yang menutupi tubuhnya tedapat berbagai macam penyebab perubahan Haruto saat ini.
"Gue... Benci" ujar Haruto terus melihat wajah tampannya di pantulan cermin, daerah yang sering terekspos aman tetapi tidak dengan yang tertutup.
"Woi! Di panggil bunda! " teriakan dari Jihoon itu terdengar, Haruto memilih tidak menjawab karena percuma suaranya tidak akan terdengar, kamarnya sudah kedap suara namun Haruto masih dapat mendengar suara dari luar kamarnya berbeda ketika sebaliknya.
"Dimana? " Jihoon mendengus malas.
"Ruang keluarga" jawab Jihoon kemudian pergi.
Haruto langsung menemui Jennie di ruang keluarga seorang diri, wanita cantikk yang menjadi ibu serta orang yang ia sayangi tengah sibuk berkutat dengan laptop dipangkuan nya.
"Bunda" Jennie tersenyum kemudian mempersilahkan anaknya untuk duduk.
"Bunda mau tau selama di Amerika kamu ngapain aja boleh? "Haruto terdiam beberapa detik kemudian mengangguk.
"Apa Haru punya teman? " Tanya Jennie.
"Iya" Jennie memberikan senyum tipis.
"Kalo boleh tau teman Haru itu kayak gimana? "
"Baik, kadang-kadang suka ribut, dan... " Jennie menunggu dengan sabar.
"Katakan saja semua, bunda tidak akan marah" Haruto menatap bundanya itu untuk meyakinkannya.
"Aku ikut Geng buat balapan tapi bukan balapan liar, selama di Amerika aku hanya berteman dengan mereka, mereka juga baik" ujar Haruto.
"Begitukah? Bunda tidak akan marah tetapi selalu hati-hati ya, jaga tubuh kamu " Haruto mengangguk.
"Tubuh ini udah rusak bun... "
Too be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Confidential
RandomTentang Haruto yang pergi meninggalkan semuanya kemudian kembali dengan perubahan drastis. bukan BL yaww This is Friendship and brothers pstt! awas hatinya diremes ghoib ;)