Part 22

1.5K 164 18
                                    

Makasih yang udah komen 🥰🥰🫰🏻🫰🏻
Aku cuman namanya di mix aja ya, nanti bakal ada namanya disini.
Kalo kalian baca nanti bakal ke spill okeh? okeh enjoyyy 🤙🏻🤙🏻🤙🏻

Happy Reading

Hembusan angin membangunkan perempuan itu, ia menyerit ketika cahaya menyilaukannya saat membuka mata.

Mala terbangun menatap sekitar, "Eghh... ini? dimana??"

Ia merasakan sedang berada di taman begitu luas, sejauh mata memandang rerumputan hijau menyegarkan mata, ada beberapa bunga dan tumbuhan berbuah sangat lebat. Meski terik matahari bersinar terang ia tidak merasa panas sedikitpun, senaliknya suasana sejuk diseryai angin semilir menerpa dirinya.

Senyumannya terbit ia menyukai berada disini, namun dirinya pun tidak tau sekarang ada dimana.

"Mala," panggil seseorang berada di belakang Mala.

Dirinya berbalik menatap sosok lelaki berbadan tegap di hadapannya, wajahnya terhalang oleh kabut terang. Mala tidak dapat menatapnya.

"K-kamu siapa?" Mala sedikit gugup.

Secara perlahan wajahnya dapat terlihat, itu...

"Rakha?"

Lelaki itu tersenyum kecil lalu dirinya mengangguk, ia ulurkan tangan untuknya.

"Yuk, ikut aku."

"Kemana?"

"Ke tempat yang lebih indah. Yuk?" ajaknya sekali lagi, Mala hendak menerima uluran tangan itu namun ia menolak ajakannya. Dirinya berpikir ini pasti mimpi, tapi tak mungkin mimpi senyata ini? ia pun tak tau!

"Enggak, kamu bukan Rakha. Kamu bukan suami aku." Mala mengelak dirinya sangat takut, Mala memegang perutnya yang terasa datar, dimana bayinya?

"Bayi kamu sudah lahir." ucap sosok suaminya itu.

"Aku tidak akan memaksamu, Mala. Jika kamu tak ingin ikut dengan ku, tetapi kamu masih mempunyai kesempatan hidup untuk bertemu anak dan suamimu. Sampai bertemu lagi, Basmalah Sekala Gralind."

Muncul sinar menyilaukan di sekitar sinar itu semakin membesar sampai Mala tidak mampu melihatnya.

Matanya kembali terbuka, kali ini Mala melihat orang-orang memakai perlengkapan dokter disekitarnya. Salah satu dari mereke mengajaknya berbicara namun entah kenapa Mala tidak bisa menggerakkan tubuhnya bahkan bersuara, ia hanya bisa mengerjapkan mata dan penglihatannya mulai kabur kembali.

***

Rakha duduk di luar ruangan mengepalkan kedua tangan seraya menundukkan kepala, is tak henti berharap untuk keselamatan istrinya. Sejak empat yang lalu tak sadarkan diri dan tidak ada kemajuan tentang kondisinya membuat Rakha berkecil hati.

Ia terus menyalahkan diri sendiri atas apa yang terjadi pada istrinya, Rakha benar-benar putus asa. Dirinya siap memberikan apapun termasuk nyawanya sendiri agar Mala bisa selamat. Dari pada dirinya lebih baik bayinya hidup bersama ibunya, itu pasti akan lebih baik.

Suara pintu ruangan terbuka, dokter mendekati Rakha menepuk pundaknya. Kepala Rakha terangkat, dokter itu tersenyum menatapnya.

OBSESSION 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang