"Hahh...!!!"
Terdengar helaan nafas yeng entah keberapa kalinya Irish lakukan. Sekian lama dia berada didunia ini hingga musim telah berganti. Kini telah memasuki musim dingin. Angin bertiup kencang, terasa dingin menusuk hingga tulang serta menerbangkan helai rambutnya. Selendang yang dikenakannya tidak cukup menghalau dinginnya udara.
Menatap langit malam, merenung. Cukup lama dia memasuki tubuh Irish. Meski sulit dipercaya, dalam benak dia masih sering bertanya tanya, kenapa? Apa alasannya? Apakah ini sudah benar? Benarkah tujuannya untuk mengubah nasib Irish? Apa itu bisa dilakukan? Kemana Irish asli? Dalam cerita, seharusnya pemilik tubuh akan mendatanginya. Namun dia tak pernah mendapatkannya. Dewa itu tidak memberikannya petunjuk. Dia tidak memiliki petunjuk apapun, hanya mempercayakan semua hal pada asumsinya sendiri.
Ada sesuatu yang ganjil, namun dia tidak tahu apa itu. Perasaannya gelisah, entah bagaimana dia merasakan perasaan yang familiar. Seperti...kembali pulang? Saat bersama keluarga Irish, perasaan rindu membuncah. Ada rasa bersalah, marah dan kecewa. Semua perasaan itu memenuhi relung hatinya membuatnya merasa sesak. Ingin melampiaskannya, tapi...bagaimana?
Apa maksud semua ini? Akankah dia merindukan keluarganya? Atau mungkin ini perasaan Irish yang tertinggal? Sulit untuk dapat membedakan keduanya.
"Nona, malam semakin larut dan udara semakin dingin. Sebaiknya anda segera masuk."
Tak menghiraukan saran Dena dan terus menatap langit. Dena terkejut dengan pertanyaan yang tak pernah dia sangka akan mendengarnya.
"Dena..."
"Ya, nona?"
"Apa kau....merindukan keluargamu?" tanya Irish masih tidak mengalihkan perhatiannya dari langit malam. Tatapan matanya sendu, merenung dan tampak kosong.
Meski tidak paham alasan pertanyaan sang Nona, dia tetap menjawab."Saya merindukan mereka." Dena tersenyum, sorot matanya nampak menerawang jauh, "Namun, saya masih bisa mengirimkan surat. Disini saya memiliki keluarga yang harus saya jaga."
"Hm?"
Membalikkan tubuh dan menemukan senyum teduh Dena.
Singkat, dia kembali berbalik dan menatap langit. Kali ini tampak butiran putih kecil dingin berjatuhan dari langit. Itu adalah salju, dan salju pertama telah turun. Menengadahkan tangan, bulir dingin es kecil menyentuh telapak tangan hangatnya. Perlahan mulai mencair kemudian menjadi air.
"Nona..."
"Aku mengerti!"
----------------------------------------------------
Aktivitas penghuni Manor masih dilakukan seperti biasa, namun ada sedikit perbedaan. Yakni adanya perubahan jadwal kerja dan semuanya tampak mengenakan pakaian hangat. Cuaca mendung, udara terasa sangat dingin. Angin berhembus kencang dan salju terus turun hingga menumpuk. Aku harus selalu mengenakan mantel dan sarung tangan dimanapun dan kapan saja bila ingin berpergian.
Sarapan bersama lengkap dengan seluruh keluarga berkumpul. Meski cuaca dingin, aura ruang makan terasa jauh lebih dingin. Tatapan tatapan tajam mengarah pada Maxime yang duduk tenang. Tidak terpengaruh dengan perubahan suasana. Tapi mengapa? Mereka seperti sedang berbicara dalam batin. Dan tentu saja aku bingung dibuatnya.
"Apa yang kau lakukan bersama Irish kemarin?" Duke.
"Apa?" Maxime.
"Kau mencuri start." Theo.
"Itu karena kalian yang lamban." Maxime.
"Kali ini tidak akan kubiarkan." Zachary
"Hehh! Coba saja." meneguk tehnya, Maxime tersenyum remeh pada yang lain. Bila diperhatikan, sedikit smirk diujung bibirnya yang tertutup cangkir teh.
![](https://img.wattpad.com/cover/364889847-288-k624005.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Part Of Mine
FantasyOrrin Nara, gadis berusia 18 tahun, merasa hidupnya tidak beruntung. Ditinggalkan Ibu dan kakak laki-laki satu-satunya, membuat dia harus tinggal bersama ayahnya yang seorang penjudi, pemabuk dan sering melakukan kekerasan. Luka fisik dan mental tak...