Hanbin benar-benar kacau. Lukanya belum sembuh, jalannya masih terseok-seok namun ia tetap memaksa diri untuk berlari dari Instalasi Gawat Darurat menuju ruang rawat Inap. Bukan, Hanbin bukan datang untuk mengobati dirinya sendiri seperti pikiran orang-orang sekitar yang melihatnya. Ia ingin menemui Matenya, belahan jiwanya yang katanya baru saja celaka. Hanbin sungguh berharap agar matenya baik-baik saja.
"ZHANG HAO!!" Hanbin masuk tanpa permisi ke kamar Hao berada dan langsung memeluk Omeganya itu. Ia tidak memperdulikan orang tua sang Omega yang belum ia sapa. "Sayangku, dimana sakitnya?" Hanbin memegang kedua pipi Hao dan memaksa Hao untuk menatapnya. Hanbin sangat lega melihat Hao yang masih sadar dan mampu untuk menatapnya, itu tandanya sakitnya tidak parah bukan?
"Bukankah lebih sopan untuk menyapa orang tua dulu, Sung Hanbin?" itu adalah seruan Tn. Zhang. Tegas dan berwibawa seperti biasanya. Khas Musisi kelas atas.
Hanbin tersentak kemudian menunduk singkat, ia masih tidak melepaskan Hao. Kedua tangannya masih tetap berada di pipi Hao. "Selamat pagi Papa dan Mama Zhang" sapanya. "Maafkan ketidak sopananku, aku panik karena merasakan tanganku semakin sakit. Aku takut Kak Hao merasakan sakit yang sangat parah"
"Aku sudah diberi obat anti nyeri jadi sakitnya tidak terlalu berasa sekarang" balas Hao.
"Hanbin, seperti yang kukatakan di telpon tadi. Hao akan dioperasi sebentar lagi, kita masih menunggu waktu puasa Hao sebelum operasi cukup. Kalian bicaralah dulu, setelah itu kau.." Tn. Zhang menunjuk Hanbin tepat di wajahnya. "... datang menemuiku di taman Rumah Sakit bawah" lanjutnya.
Hanbin menelah ludahnya gugup, jakunnya sampai bergetar. Ia sudah bisa membayangkan apa yang akan Tn. Zhang lakukan terhadapnya. Tapi kemudian ia kembali tenang karena mengingat, semuanya memang salahnya.
Tak lama setelah itu, orang tua Hao keluar dan menyisakan sepasang mate muda itu ditinggalkan berdua di dalam kamar rawat Inap kelas I tanpa adanya pasien lain. Sebelum keluar tadi Ny. Zhang sempat menepuk pundak Hanbin dan berbisik bahwa semua akan baik-baik saja selama kejujuran masih dijunjung tinggi. Mendengar sedikit bisikan itu, Hanbin sangat lega.
Awal ditinggalkan, hanya ada hening namun Hanbin dengan inisiatifnya langsung duduk di hadapan Hao. Ia ingin mengambil tangan Hao namun satu tangannya terinfus, tangan lainnya dibalut perban sementara dan tidak boleh tersentuh. Hanbin memutuskan untuk memegang pipi Hao dengan tangan kanannya. Ia mengusap pipi itu dengan lembut. Tanpa persetujuan Hao, Hanbin mendekatkan kepalanya hingga kedua dahi mereka menempel.
"Aku mencintaimu Zhang Hao" lirih Hanbin. "Maaf baru mengatakannya sekarang tapi aku tidak berbohong, kau dapat merasakannya. Aku mencintaimu"
Hao bergetar. Ia tidak menyangka akhirnya dapat mendengar kalimat itu dari Hanbin. "Ulangi lagi" pintanya
Hanbin menjauhkan wajah mereka dan menatap Hao dalam. "Aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu. Jangan tinggalkan aku, aku mohon. Aku minta maaf, aku yang salah. Aku sangat salah padamu kemarin. Aku benar-benar tidak...."
CUP
Ucapan Hanbin terpotong saat Hao mengecup bibirnya. "Aku juga mencintaimu" balas Hao. Hao tersenyum dan dibalas oleh kelegaan dari Hanbin.
Hanbin kemudian mengikis kembali jarak mereka dan melabuhkan bibirnya ke atas bibir omega yang ia rindukan itu. Hanbin sangat lembut seperti biasanya membuat Hao terbuai. Ingin sekali Hao mengalungkan tangannya ke leher sang Alpha namun apa daya, kedua tangannya sedang tidak dalam kondisi yang baik. Hanbin hanya mengulum pelan bibir Hao, ia ingin mencurahkan seluruh perasaan cintanya.
Setelah melepas bibir Hao, Hanbin menarik Hao masuk ke pelukannya, mengistirahatkan kepala Hao ke dadanya. "Maafkan aku, aku salah. Maksudnya, aku harusnya menegaskan sejak lama. Maaf membuatmu bingung dan menunggu Kak. Aku selalu menyangkalnya. Sejak awal dia berdetak untukmu tapi aku menghiraukannya. Tapi tinggal bersamamu, melihat sifatmu sebagai Omega yang tangguh dan mandiri, dia berdetak makin kencang"
KAMU SEDANG MEMBACA
Milk Rose (BinHao/Haobin)
FanfictionWARNING!! [18+] Meskipun sedikit terlambat, Hanbin sudah menduga jika dirinya adalah seorang Alpha. Hanbin selalu mendambakan seorang omega teman masa kecilnya yang terkenal berbau sangat harum untuk menjadi matenya. Tidak pernah sekalipun terlintas...