Basis

45 2 1
                                    

Hari ini Genta akan latihan Paskibra di balai kota. Otomatis dia nggak akan bawa motornya, biasanya dia akan bareng Bima. Karena Genta anaknya luar biasa disiplin, dia sudah di rumah Bima dari jam setengah tujuh. Sedangkan Bima masih ganti baju jam segitu. Lebih parah Sarah sih, soalnya tadi Genta lihat sarah baru masuk kamar mandi. Ckckck.

Genta nyelonong masuk ke kamar Bima dan duduk di meja belajar sembari menunggu. Dia buka handphonenya dan mengecek akun Instagramnya yang baru aja difollow para dedek gemas. Lagian lama banget nungguin Bima pakai gel rambut doang.  Mending lihat yang bening-bening.

"Udahan gue, bray," kata Bima. "Lu udah sarapan, Bim?" tanya Genta. Bima menggeleng, "ayok dah kita beli nasi uduk yang didepan pom." Kata Genta. Kayaknya dia lagi pengen banget, sampe agak ngeces-ngeces gitu.

"Buset, ngidam lu mpok?"

🏡🎈🧩

Udah lebih dari 5 menit Bima dan Genta bergantian nyalain motornya Bima. Entah kenapa dia mogok pagi ini. Kata Bima padahal dia baru ganti oli awal bulan ini. Genta pun merasa nggak mungkin kalau mereka harus ngecek ini motor dulu. Keburu telat.

Genta yang udah ngeces bayangin nasi uduk pun harus membuang jauh-jauh harapannya itu. Hari ini kita sarapan angin dan polusi, batinnya. "Ah gimana dah ini ta?! naik apaan dah kita kalau begini?" tanya Bima frustasi. Nggak mungkin naik mobil ayahnya Bima karena mak lampir (Sarah) pasti akan ngomel. Sebagai manusia paling anti ribut, Bima memilih menghindar aja.

Genta sudah pasrah sedari tadi. Akhirnya dia duduk ngaso disamping pot lidah mertua. Genta membuka aplikasi 2 ojek online dan membandingkan tarifnya. "Murah pake motor, Bims," Fyi menurut Genta keren kalo manggil teman dengan panggilan singkat kayak Bims dan Jefs. Tapi kadang lidahnya keselengkat jadinya Jeps.

Bima yang tadinya mau mengikuti jejak Genta buat buka aplikasi ojol, mengurungkan niat begitu melihat Jefri keluar dari rumah dengan motornya. Muncul sebuah ide cemerlang, "Jeps, nebeng." kata Genta. Iya Genta.

Bima menoleh, BISA-BISANYA DIA KEDULUAN. Bima langsung menggandol tasnya dan berlari kearah Jefri, Genta pun demikian. Sedangkan Jefri masih mencerna situasinya.

"Ngapain sih?! Naik motor sendiri lah!" Kata Jefri. Males banget dia nebengin. "Mogok Jep motor gua," kata Bima. Jefri geleng-geleng. "Gue tebengin tapi setirin," ucapnya final.

Dan disinilah mereka bertiga. Genta, Jefri, dan Bima boncengan bertiga. Bima banyak menutupi wajahnya menahan malu, sedangkan Genta dan Jefri pede-pede aja nampang. Genta nggak kuat  lihatnya. Pada sok mantep.

🏡🎈🧩

Sesampainya di lampu merah, bisa-bisanya mereka ketemu sama adik kelas yang juga sedang bonceng tiga. Tapi si trio ini cewek-cewek dan mereka naik motor kecil. Jadi gemes aja kelihatannya. Lah kalo Genta, Jefri sama Bima mah kelihatannya kayak titan.

Genta maju melewati garis sebrang supaya mereka cepat sampai aja sih. Sekalian biar nggak berjejer banget sama adik kelas tadi. Ini lampu merah perempatan yang paralel. Sehingga memungkinkan untuk ngintip barisan sebrang lampunya warna apa. Tapi entah kenapa hari ini lampu seberang mati, jadi nggak berani nerobos deh.

Genta selaku driver yang kelewat inisiatif sok-sok mau mengintip. Jefri si tengah ngelihat ada seorang bapak pengendara yang mencolok banget modelannya. "Udah mana motornya nggak ada spion, helmnya nggak pake kaca pula, noh si bapak," dagunya menunjuk ke arah bapak tersebut. Bima menanggapi, "iya belom servis kali."

Sedangkan komen Genta malah diluar nalar, "yang kayak gitu biasanya gangster." Bima dan Jefri ngakak, tepat setelah itu lampu sudah berganti menjadi hijau. Si Bapak gangster itu jalan duluan. Entah apa yang merasukinya, si Genta malah teriak:

"RISPEK BANG GANGSTER!"

Bukan cuma Jefri dan Bima, orang-orang yang dengar juga pada ketawa gara-gara asbunnya Genta.

🏡🎈🧩

VoisinageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang