Lin's POV
Saya langsung menuju klenteng tersebut dengan mengendarai angkot sambil memainkan game online yang sedang ramai dimainkan pada tahun ini, apalagi kalau bukan Genshin Impact. Terus game yang sering saya mainkan yaitu Call of Duty: Mobile, Mobile Legend, dan Free Fire.Oke, lupakan hal itu dan saya sudah berada di jalan Jalan Burhani 2 No. 61 RT. 24 RW. 01, Singkawang Barat. Karena saya agak mabuk kendaraan jadi saya langsung mengoleskan minyak kayu putih di sekitar kening, maklum di Inggris tidak ada yang namanya pewangi ruangan terutama rasa jeruk.
"Sialan emang itu sopirnya, hueekk!!" Pertolongan pertama langsung ku kerahkan, dengan kuat saya kepalkan kedua tanganku agar bisa menunda rasa ingin muntah untuk sementara waktu, kan tidak lucu saya membuangnya di tengah jalan raya :)
Jujur, saya berasa seperti cosplay ibu-ibu yang mual-mual terus di tes ternyata positif hamil. Perlahan-lahan rasa mual ku semakin berkurang dan bisa melanjutkan perjalanan ku menuju tempat tujuanku.
Skip
Saya sudah sampai di jalan kecil di No. 61 RT. 24 RW. 01, keadaannya sedang sepi maklum siang ini cukup terik dan panas. Sebelum ke klenteng, saya menyempatkan diri dengan duduk di halaman rumah seseorang yang telah mengizinkanku untuk duduk.
Apa yang saya harus lakukan ya?" tanyaku kepada diri sendiri. Beberapa detik kemudian, saya langsung ingat, saya belum membuat pertanyaan-pertanyaan untuk narasumber ku!
Dengan cepat saya mengambil buku kosong dan pulpen serta Tipe-X dan menuangkan segala pertanyaan dan rasa penasaranku yang sudah menumpuk selama pertama kali menginjakkan kaki disini, jadi jangan heran jika saya bisa membuat belasan pertanyaan dalam sekali tulis.
"Hah, Lin Lin, kok kamu bisa lupa?" tanyaku dengan kesal. Jujur, saya tidak suka dengan ini :(
"Nak, nyi oi sit tjha, mo?" tanya seorang ibu-ibu pemilik halaman rumah tersebut kepadaku sambil menggunakan bahasa yang tidak saya ketahui. Di dengar-dengar lantunannya mirip seperti bahasa Kanton nya ibuku, tapi saya tidak mengerti artinya apa. Karena tidak tahu, saya memilih membalasnya dengan menggelengkan kepala dan ibu-ibu itu membalas ku dengan senyuman manis.
Saya hanya diam seribu kata sebelum izin pamit kepada ibu-ibu saat merasa tugasku yang ketinggalan sudah siap, baik Lin ini bukan waktu untuk bermalas-malasan lagi dan beranikan lah dirimu untuk bergabung di tempat yang ramai dan berisik itu.
Tidak perlu berlama-lama lagi, saya berjalan menulusuri jalan ini hingga sampai di depan pintu masuk klenteng yang menjadi tujuanku. Namanya Klenteng SAM CHIN FAB MIAU, sesuai dengan informasi yang Nathan dapatkan dari internet dan stalking akun YouTube orang lokal Singkawang.
"Permisi, ada orang tidak?" tanyaku menghadap ke klenteng itu, tak lama kemudian muncul seorang pria dewasa berjalan menghampiriku dan menanyakan sesuatu kepadaku.
"Salam, nak. Ada keperluan apa untuk datang kesini?" tanya pria itu dengan ramah, dengan menghela napas lega saya beritahu kepadanya bahwa saya datang kesini untuk mencari seseorang yang bernama Chai Lin Kong. Btw, ini mananya kok ada Lin nya juga, nama saya aja Sherlock Lin Andersen.
"Beliau ada disini, emangnya kamu ini siapa ya, nak?" tanya pria itu lagi. Karena saya sedang menahan mual dan malas berbicara jadi jalan ninjaku untuk menyelesaikan semua ini adalah dengan menunjukan kartu mahasiswa ku kepadanya.
Melihat dengan jeli, "Sherlock—Lin... Andersen, baiklah nak Sherlock, kamu bisa menunggu disini sebentar biar saya panggil pak Alin ya," ucapnya sambil mengajakku untuk masuk ke dalam dan duduk di bangku yang sudah disiapkan.
"Baik, paman. Tidak perlu, paman. Saya bisa menunggu sambil berdiri pun tidak masalah bagiku."
"Baiklah kalau begitu, gak lama," ucap pria itu sembari berjalan masuk ke dalam ruangan yang diyakini sebagai dapur. FYI, disini ada juga klenteng yang menyambung ke rumah pemiliknya dan terpisah dari rumah pemiliknya, tapi rata-rata klentengnya menyambung sih, itu karena faktor ekonomi untuk membangun klenteng tuh mahal sekali dan kebanyakan menggunakan uang donasi ihklas dari berbagai pihak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imlek : The Lost Friend
HorrorSebuah pengalaman yang tak pernah kami menyangka bakal terjadi. Sebelumnya kami belum pernah mengalaminya, hingga semua itu membuat kami parno. Kami yang mendapat tugas KKN di kota Madya, Singkawang. Dengan bekerja sebagai pengurus para Tatung di kl...