Bab 13

13 3 11
                                    

Matahari semakin menyembunyikan dirinya dan dunia semakin gelap dengan banyaknya lampu-lampu perumahan yang menerangi setiap tepi jalan, klenteng SIM CHIN FAB THAN terlihat sangat menawan di tengah langit malam yang hampa. Perempuan berambut hitam manis di dalam klenteng tersebut baru menyelesaikan pekerjaannya dan berencana bakal angkat kaki dari tempat suci itu ke penginapan sementara. Eilaria sudah seharian melakukan pekerjaannya dengan baik, berkat dibimbing oleh pak Bulai.

"Pak Bulai, biasanya jam pulangnya jam berapa?"

"Hm... palingan jam 8 atau jam setengah 9 malam gitu." Eilaria mengangguk, jamnya sama seperti saat kita melamar kerja di suatu supermarket maupun minimarket, lebih berat daripada pekerjaannya sebagai seorang tutor atau guru les. Ia menaruh 1 batang hio terakhir diatas mangkuk depan altar, kemudian pak Bulai menyatukan kedua telapak tangannya dan meletakkannya di depan kening lalu samar-samar mengucapkan kalimat-kalimat pelindung bercampur doa. Sedangkan Eilaria memilih duduk disamping kanan dinding klenteng, mengeluarkan hpnya, mengirim file tugas hasil jurnalisnya ke Renjana, dan menunggu pak Bulai selesai berdoa.

Kebetulan, klenteng tersebut memiliki jendela sehingga ia bisa bersantai-santai sambil menikmati keindahan sinar rembulan yang menyinari seluruh langit malam, terakhir kali ia melakukan aktivitas tersebut saat 1 hari sebelum mereka berangkat ke bandara.

Kling

Kling

Kling

Banyak notifikasi chat dari WhatsApp nya, saat di cek, semua notifikasi tersebut berasal dari grup kelompok mereka berlima belas yang masing-masing sudah mengirim file tugas sesuai janji. Eilaria yang penasaran bagaimana hasil kerja keras teman-temannya mendownload satu persatu file-file dokumen itu dan membacanya sebagai bagian dari mengisi waktu luang sebelum pulang ke penginapan.

Tentu saja banyak pertanyaan yang sama namun berbeda jawaban, karena setiap dewa maupun dewi berbeda jalur keilahian nya. Jika seandainya skripsinya telah dibuat dan dijadikan sebagai buku, maka ia berjanji akan membelinya sebagai kenang-kenangan sekaligus pemegang motivasinya untuk menjadi orang yang lebih baik.

"Baik, semua sudah mengirim tugasnya disini, kalau boleh tahu, kalian mau covernya berwarna apa? Kalau saya warna biru tua," ketik Renjana di grupnya.

"Merah kalau bisa, ini ada kaitannya dengan suku Tionghoa," timpal Nathan.

"Tugas wawancara saya, Audrey, dan Adam dari suku Dayak yang lebih menonjolkan warna hitam, bukan Tionghoa doang," ketik Arura yang disetujui oleh 2 curut yang ia sebutkan barusan.

"Kuning saja, atau tidak campuran kuning-merah biar cocok sama temanya," timpal Hijrah yang baru online sekarang.

"Warna emas dan silver lebih direkomendasikan," ketik Hanabi.

"Anj*r Hanabi! Lu kira golden button YouTube kah?!" timpal Nathan yang entah bagaimana bisa kepikiran seperti itu.

"Skripsi cover ala ala golden button YouTube, serasa menjadi geng Halilintar 😭," ketik Audrey.

"Cok! Saya lagi minum jadi muncrat gara-gara kamu 😭," timpal Adam yang sedang meminum air pemberian Amin Kurata alias Sha Theu.

"Warna emas-merah-hitam aja gak sih?" ketik Clarissa.

"Hijau tentara dengan motif hitam seperti baju tentara?" ketik Amy.

"Mimi!! Dikira kita semua tentara kah?!" timpal Liliana yang tidak menyangka Amy bakal berkata seperti itu.

"Anj*r wkwkwkwkwk 😭🤌," ketik Keisha yang tak kuasa menahan tawanya.

"Saya tanya ke kalian dulu tuh ada alasannya, takutnya warna dan desain cover kita sama seperti kelompok lain, hampir semua mahasiswa-mahasiswi lho yang KKN, sepertinya kita disini tidak sendirian," jelas Renjana.

Imlek : The Lost FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang