★★★
"Astagfirullah, Aa!"
Pemuda yang tergulung selimut berwarna abu-abu itu masih terlelap, dengan tegas seorang wanita paruh baya menghampiri dan langsung menyibakkan selimut dengan sedikit keras. "bangun Anak bujang, sudah jam empat ini," dengan menggoyang-goyangkan tubuh putranya.
Namun, tidak ada tanda-tanda pemuda itu akan bangun, "NIZAR AHMAD AR-RASYID! KALO GAK BANGUN, MOTOR KAMU UMMA JUAL!" pemuda yang masih tertidur itu langsung membuka matanya dan duduk sambil meringis pelan.
"Umma bisa pelan-pelan gak, bangunin Izar nya?" keluhnya, sembari memegang kepalanya, "aduh! ini masih muter-muter Um," lanjutnya merintih dengan pelan.
"Kamu kalo dibangunin pelan, gak bakal bangun," jawab Asiyah, meraih satu tangan anaknya dan menariknya pelan sampai pemuda itu berdiri, "sekarang kamu ke kamar mandi, wudhu. Liat jam! sudah jam empat lebih, harus tahajud!"
Nizar menghela nafasnya pelan, "iya Umma," lalu melangkahkan kakinya masuk ke kamar mandi.
Setelah selesai dengan ibadah malamnya, pemuda itu menatap sekeliling kamar sembari sesekali menghela napas. Tatapan itu beralih ke sajadah berwarna hitam, menopang dagu dengan sebelah tangan. "lah, udah sholat bukannya berdoa, malah bengong. Siapa lagi kalo bukan gue," gumamnya.
"Tapi tanpa gue ucap pun, pasti Allah tau apa yang lagi gue pikirin."
Kakinya mulai melangkah ke arah meja, mengambil al-qur'an kecil berwarna hitam dan kembali duduk di sajadahnya, "udahlah mending muroja'ah, lumayan 15 menit lagi, sambil nunggu subuh."
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ
...الرَّحْمٰنُ
Tak terasa, kini adzan subuh berkumandang, dengan sigap ia beranjak dari duduknya dan keluar kamar untuk berangkat ke masjid yang kebetulan tepat di seberang rumahnya. Jadi, tidak ada alasan untuk dirinya tidak melaksanakan sholat di masjid.
"Umma, Izar berangkat," pamitnya, tanpa melirik ke arah ummanya yang kebetulan sedang menyibukkan diri di dapur.
"Eh, main nyelonong aja, salim dulu."
Nizar terkekeh pelan dan langsung menghampiri ummanya, "Abah mana Um?"
"Lagi ke Cirebon."
Nizar mengerutkan dahinya heran, "ngapain?"
"Entah, mau ke Uwa Abi katanya."
"Oh, ya udah Izar berangkat ya Um. Assalamu'alaikum." tak lupa mencium punggung tangan ummanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSAF [END]
Teen FictionPART MASIH LENGKAP! Diharapkan Follow dulu sebelum membaca:) ★★★ INSAF (Ikatan Nizar dan Safira) Setiap orang pasti mempunyai mimpi yang ingin dicapai di masa depan, mempunyai tujuan yang menjadi tolak ukur kita dalam meraih kesuksesan. Sama halnya...