25. Tentang takdir »

224 22 0
                                    

★★★

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

★★★

Safira kembali ke pesantren dengan terburu-buru sambil menggenggam erat surat yang baru ia dapatkan. Langkah kecil membawanya ke kamarnya, membuka pintu dan langsung masuk dengan tergesa-gesa.

Nizar yang masih fokus dengan laptop didepannya langsung beralih menatap istrinya yang baru saja masuk ke kamarnya. Melihat raut wajah istrinya seperti panik, "kenapa?" tanyanya.

Safira menggeleng pelan. Surat yang ia genggam langsung dimasukkan ke saku bajunya, "gak apa-apa," ujarnya.

"Jajanannya jadi beli, gak?"

Safira mengangkat kantong kresek berukuran sedang, memperlihatkannya pada Nizar, "nih. Ayo Aa makan dulu, jangan main laptop terus," ajaknya dengan mendekat ke arah suaminya.

"Ini bukan main, sayang. Lagi kerja," ucapan yang Nizar lontarkan membuat Safira mengerucutkan bibirnya, "kenapa bibirnya di majuin gitu?" tanya Nizar dengan sebelah alisnya mengangkat.

Safira yang tersadar langsung menormalkan kembali bibirnya dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia langsung kembali menjauh dari Nizar dan duduk di sofa yang ada di kamarnya. Membuka kresek itu, mengeluarkan semua jajanan yang sudah ia beli didepan pesantren tadi.

"Aa, ayo!" ajak Safira kembali, "liat nih! Safira beli dodol. Jarang banget tau ada yang jual dodol di sini," serunya seraya mengangkat dodol itu menunjukkannya ke arah Nizar.

Nizar menoleh dan langsung menutup laptopnya. Melangkah mendekat ke arah Safira dan duduk didekatnya, "kamu tau gak? Perbedaan kamu sama dodol?" tanya Nizar dengan mengambil dodol tersebut dari tangan istrinya, membukanya dan langsung melahapnya.

"Ya beda atuh. Safira itu manusia, dodol itu makanan."

"Tapi ada sama nya juga," ucap Nizar sambil mengunyah dodol di mulutnya.

"Beda, Aa."

"Sama, sayang. Sama-sama manis," ucap Nizar santai dengan menaruh cangkang dodol yang sudah habis ia makan.

Safira yang mendengar ucapan Nizar melengkungkan bibirnya ke bawah, "dih, gombal."

Nizar tertawa melihat ekspresi dari wajah istrinya. Ia tahu, bahwa Safira saat ini tengah menahan senyumnya karena salah tingkah, "tapi ada bedanya juga."

"Beda apa?"

"Kamu sama dodol."

"Apa coba bedanya?" tanya Safira seakan menuntut jawaban.

INSAF [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang