★★★
قَبِلْتُ نِكَحَهَا وَتَزْوِجَهَا بِالْمَهْرِ الْمَذْكُوْر حَالًا
Dengan lantang, Pemuda berahang tegas — Nizar Ahmad Ar-Rasyid, mengucapkan ijab nya sambil berjabat tangan dengan Ayahnya Safira.
Setelah ucapan ijab itu terdengar dari mulut Nizar, semua yang hadir di sana mendoakan pengantin baru itu. Begitu pula dengan Nizar, ia menundukkan pandangan dan menengadahkan tangannya, berdoa sambil memejamkan mata. Semoga pernikahannya ada dalam ridho Allah SWT.
Berbeda dengan Nizar. Setelah ucapan Ijab itu terdengar, gadis dengan balutan dress putih dengan hijab senada itu berhasil meloloskan setetes air mata ke pipinya. Ia tak tahu harus berekspresi seperti apa. Haruskah ia bahagia? Karena ini adalah pernikahannya. Atau malah sebaliknya, ia merasa sedih karena sudah menjadi seorang istri dari orang yang tak ia kenal.
Tok tok tok
Suara ketukan pintu itu menyadarkan Safira dari lamunannya, "boleh saya buka?"
Safira kenal suara itu. Suara orang yang Safira kagumi selama ini. Tapi Safira sadar, tak seharusnya ia memikirkan orang lain, saat dirinya sudah berstatus menjadi seorang istri.
Safira menghela napas pelan, kepalanya ia tundukkan kebawah, "iya, silahkan," ucapnya.
Cklek...
Saat pintu itu terbuka, Safira semakin menundukkan kepalanya, tangannya tak berhenti memainkan jari-jarinya.
Nizar yang baru saja masuk ke kamar istrinya, sambutan wangi vanilla menyeruak di seluruh ruangan itu. Pemuda dengan balutan jas hitam itu tersenyum tipis, kala melihat seorang gadis yang baru saja menjadi istrinya itu, tengah duduk di kursi meja rias sambil menundukkan kepala. Melangkahkan kakinya mendekat ke arah sang istri, membungkukkan sedikit badannya dan berbisik tepat ditelinga Safira.
"Assalamu'alaikum, Istri."
Pupil mata Safira melebar, kaget dengan suara yang masuk ke telinga nya. Menengok ke arah sumber suara itu, dan ia semakin terkejut, kala wajahnya berhadapan langsung dengan wajah seorang lelaki yang baru saja menjadi suaminya.
"Hah! Ustadz Nizar?" gumamnya pelan.
Hidungnya hampir saja bersentuhan. Nizar terkekeh pelan melihat ekspresi gemas istrinya, menjauhkan wajahnya dan kembali berdiri tegap. Tangannya mulai mengusap kepala sang istri, "salam nya gak dijawab, hm?"
"W-wa'alaikumussalam," jawabnya pelan.
Safira masih tak menyangka, benarkah yang menjadi suaminya ini adalah orang yang ia harapkan. Dirinya masih terus diam, menelisik lelaki yang ada dihadapannya dengan mata yang terbuka lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSAF [END]
Teen FictionPART MASIH LENGKAP! Diharapkan Follow dulu sebelum membaca:) ★★★ INSAF (Ikatan Nizar dan Safira) Setiap orang pasti mempunyai mimpi yang ingin dicapai di masa depan, mempunyai tujuan yang menjadi tolak ukur kita dalam meraih kesuksesan. Sama halnya...