★★★
"Loh, kok bisa kebetulan," ingin rasanya Nizar untuk tersenyum lebar saat ini, namun sebisa mungkin ia tahan dengan memasang wajah datarnya.
Berbeda dengan Nizar. Gadis dengan seragam putih abu itu malah ingin menghilang saat ini juga, hafalan yang ia hafal jauh-jauh hari seakan lenyap karena kegugupan yang sedang ia alami.
Dengan pelan, ia beranjak dari duduknya, melangkah gontai ke depan dan duduk tepat dihadapan Nizar, yang menjadikan meja sebagai penghalang diantara keduanya.
"Sudah hafal?" tanya Nizar, saat gadis itu sudah duduk di hadapannya dengan menunduk dan terus menautkan jari-jarinya.
Gadis itu semakin menunduk setelah adanya pertanyaan dari Nizar, "i-insya Allah, ustadz."
Rasanya Nizar ingin berteriak kencang setelah mendengar jawaban dari gadis di depannya. Kenapa gadis di depannya ini begitu menggemaskan?
"Silahkan," Nizar mencoba menetralkan rasa gugupnya dengan sesekali beristighfar.
Safira mulai melafalkan ayat demi ayat dalam surat ar-rahman. Tak ada celah untuk Nizar memperbaiki hafalan itu, mengalir alunan lantunan ayat yang Safira bacakan sampai semua orang terpaku terhadapnya.
Safira memang dikenal sebagi santri penghafal yang baik. Ia sudah lama tamat qur'an 30 juz. Jadi, jika ada jadwal menghafal, ia tinggal muroja'ah dan melancarkan hafalan.
"Marojal bahroini, menggunakan ha kecil," ucap Nizar menghentikan hafalan. Safira mengangguk kecil dan kembali melantunkan ayat tersebut.
Akhirnya, Safira bisa menyelesaikan hafalan. Tangan yang sedari tadi saling bertaut, mulai terlepas. Ia tak lagi memainkan kuku tangannya karena rasa gugup, "sudah, ustadz?" Nizar mengangguk, namun Safira masih belum beranjak dari duduknya.
"Silahkan kembali ke tempat duduk mu," ucap Nizar mempersilahkan, namun Safira malah makin menunduk, menghiraukan ucapan lelaki dihadapannya.
"Ustadz, afwan, kemarin saya kurang tahu, kalo ustadz adalah seorang pengajar di sini."
"Tidak apa-apa, silahkan duduk kembali," Safira menghela napasnya pelan. Perasaan bersalahnya masih membuncah dalam hatinya, dengan segera ia beranjak berdiri dan kembali ke tempat duduknya dengan menyeret pelan kakinya.
★★★
Siang ini matahari begitu terik, menyorot pada gadis berambut sebahu yang tengah berjalan diparkiran rumah sakit. Ia terus melangkahkan kaki jenjangnya kedalam, menyusuri lorong dan sampailah ia ke tempat yang ditujunya.
Ruangan anggrek 5
Tempat ayahnya terbaring dengan beberapa alat yang terpasang ditubuhnya. Ia terus berharap ayahnya akan pulih kembali. Ditatap pintu putih itu dengan tatapan sayu, mencoba meraih kenop pintu dan membukanya dengan pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSAF [END]
Teen FictionPART MASIH LENGKAP! Diharapkan Follow dulu sebelum membaca:) ★★★ INSAF (Ikatan Nizar dan Safira) Setiap orang pasti mempunyai mimpi yang ingin dicapai di masa depan, mempunyai tujuan yang menjadi tolak ukur kita dalam meraih kesuksesan. Sama halnya...