★★★
Safira menyusuri lorong rumah sakit dengan terburu-buru, keringat membasahi pelipisnya dan air mata yang masih terus mengalir. Setelah mendengar kabar orang tuanya kecelakaan dan setelah perdebatan dengan kakaknya, ia langsung berangkat ke rumah sakit di temani oleh Umi Zahra dan Haura. Pikirannya bergelut di sana, benarkah ia yang menjadi sebab orang tuanya kecelakaan.
"Atas nama Ibu Airi dan Pak Irwan di ruangan mana Sus?" tanya Safira dengan napas memburu.
"Korban tabrak lari, masih di UGD, Mbak."
"Tabrak lari, Sus?" tanya Haura dan langsung diberi anggukkan.
Safira yang mendengar itu langsung bergegas menuju UGD yang tak jauh dari tempat itu. Ternyata benar, terlihat di sana sudah terdapat kakaknya dan lelaki yang Safita tidak tahu siapa itu, duduk di dekat Safani.
"Ngapain lo kesini?"
"Ayah sama Bunda gimana keadaanya, Kak?"
Safani menghiraukan pertanyaan dari Safira, ia dan lelaki itu langsung melenggang begitu saja meninggalkan Safira yang masih mematung. Kemudian Umi Zahra mengusap pundak gadis itu, "tenang, duduk dulu, yuk!" ujarnya menenangkan.
"Iya Ira, kamu tenang dulu, doain semoga Ayah dan Bunda kamu baik-baik saja," Haura juga ikut menenangkan Safira, dengan duduk disebelah gadis itu dan mulai memeluknya, "takdir Allah pasti yang terbaik, Ra."
"Aamiin, makasih Bu nyai, Haura. Maaf, Safira merepotkan kalian."
"Gak ada yang merasa direpotkan, Safira," ucap Haura.
Safira mengangguk pelan, ia menatap pintu ruangan yang menjadi tempat orang tuanya dirawat. Cukup lama menunggu, lalu ada seorang lelaki paruh baya menghampiri mereka, "ini dengan keluarga korban yang tabrak lari tadi, ya?" tanyanya.
Mendengar hal itu, sontak Safira langsung berdiri dan meminta penjelasan pada lelaki paruh baya itu, "iya, pak. Bapak yang bawa orang tua saya ke rumah sakit? Apa Bapak tahu kejadiannya seperti apa?" tanya Safira berturut-turut.
"Saya kurang tahu kejadian aslinya seperti apa, saya hanya membawa dua korban itu ke rumah sakit," ucapnya, "tadi saya sempat dengar dari warga setempat, bahwa korban ditabrak oleh mobil berwarna putih."
"Maksud Bapak, seperti disengaja?"
Bapak itu mengangguk, "tapi itu baru dugaan, saya tidak tahu jelasnya seperti apa."
Safira mengatur napasnya dengan pelan, ia masih mengira-ngira apa yang sudah terjadi pada orang tuanya. Kecelakaan disengaja? Itu yang sedang dipikirkan gadis itu. Tapi siapa yang melakukannya, ia merasa orang tuanya tidak pernah mempunyai musuh. Keluarganya sederhana, bahkan hanya tinggal di perkampungan, jadi sangat tidak mungkin jika ada orang yang iri pada keluarganya.
"Iya Pak, gak apa-apa. Terimakasih telah membawa orang tua saya ke rumah sakit."
"Sama-sama. Saya pamit dulu kalau gitu, mari semuanya, assalamu'alaikum," pamitnya dan langsung melenggang pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSAF [END]
Novela JuvenilPART MASIH LENGKAP! Diharapkan Follow dulu sebelum membaca:) ★★★ INSAF (Ikatan Nizar dan Safira) Setiap orang pasti mempunyai mimpi yang ingin dicapai di masa depan, mempunyai tujuan yang menjadi tolak ukur kita dalam meraih kesuksesan. Sama halnya...