★★★
Keluarga Nizar telah sampai di rumah orang tua Safira. Bahkan Hilman dan Zahra yang menyusul dari pesantren pun telah tiba.
Mereka tengah berkumpul di ruang tamu dengan beralaskan karpet. Disediakan jamuan oleh keluarga Irwan, yang memang sebelumnya sudah diberi tahu bahwa Nizar dan keluarga akan datang.
"Maaf, ya, Pak. Kami begitu mendadak datang kesini," ucap Halim membuka pembicaraan.
"Gak apa-apa, Pak. Mangga atuh, maaf seadanya," mempersilahkan untuk memakan jamuannya.
"Sudah alhamdulilah, Pak."
Hilman yang duduk didekat Nizar menepuk bahu pemuda itu, "gak bilang-bilang mau meminang santri Abi."
Nizar terkekeh pelan, "takut gak direstui, Bi," responnya.
"Malah tadinya mau Abi jodohkan," ucap Abi yang membuat Nizar menatap tak percaya.
"Yang bener, Bi?"
Hilman mengangguk pelan, "tapi, kamu nya udah inisiatif sendiri."
Irwan tertawa kecil, "saya juga kaget, Kiai. Kemarin sore-sore ada tamu dari pesantren, kirain putri saya ada masalah."
"Eh, emang bener Pak. Putri bapak ada masalah sama ponakan saya," ucap Hilman yang mengundang gelak tawa.
"Alhamdulilah, putri bapak mau menerima lamaran anak saya. Saya benar-benar minta maaf sebelumnya, karena mendadak dalam hal ini," Halim menyahut, meminta maaf atas apa yang dilakukan Nizar sebelumnya.
"Saya justru kagum, Pak. Sama Ustadz Nizar, bisa berani langsung menemui saya selaku ayahnya Safira."
Nizar melipat bibirnya kedalam, antara gugup dan salah tingkah. Ia hanya bisa menunduk, mendengar para orang tua berbincang-bincang.
"Jadi, nikahnya mau sudah wisuda saja?" tanya Irwan, "oh iya, saya ada permintaan untuk pernikahannya sederhana saja."
Nizar tersenyum, "saya juga sudah niat seperti itu, Pak. Nanti untuk resepsi, itu biar jadi keputusan putri Bapak."
"Alhamdulillah, kalo Ustadz setuju."
"Nizar saja, Pak."
"Lah, kamu juga. Panggil saya, jangan bapak! Ayah saja," ucap Irwan protes.
"Baik, Yah."
★★★
"Gue mohon, jangan apa-apain dia," lirihnya, memohon pada orang yang ada dihadapannya.
"Gampang! Lo tinggal nyerahin diri ke polisi."
"Udah gue bilang. BUKAN GUE PELAKUNYA!" teriak gadis itu.
Lelaki didepannya menaikkan sebelah bibirnya, "semua bukti udah nunjuk lo, masih mau ngelak?"
"Bahkan gue gak tau apa-apa," dengan suara yang lirih, gadis itu menahan emosinya, "dia yang nyoba bunuh diri! Gue cegah, tapi keburu lo dateng dan salah paham."
KAMU SEDANG MEMBACA
INSAF [END]
Teen FictionPART MASIH LENGKAP! Diharapkan Follow dulu sebelum membaca:) ★★★ INSAF (Ikatan Nizar dan Safira) Setiap orang pasti mempunyai mimpi yang ingin dicapai di masa depan, mempunyai tujuan yang menjadi tolak ukur kita dalam meraih kesuksesan. Sama halnya...