🍼Bab 16 [Revisi done✓]🍼

2.5K 85 0
                                    

Tangan Glenca yang dingin gemetar saat ia mencoba menyendok nasi dan sayur di piringnya.

Pikirannya melayang ke masa depan, memikirkan konsekuensi dan tanggung jawab yang akan diembannya sebagai seorang istri dan ibu. Ketidakpastian menghantui dirinya, membuatnya merasa gugup dan takut.

Tiba-tiba, suara Lasmi memecah keheningan di ruangan itu. Glenca mendongak, mengalihkan pandangannya ke arah Lasmi yang duduk di seberangnya. Wajahnya terlihat cemas, menunjukkan kekhawatiran yang sama dengan yang dirasakan Glenca.

"Glenca!" panggil Lasmi dengan suara lembut, mencoba menenangkan gadis itu. "Kamu sudah tahu bahwa besok kalian akan menikah?"

Glenca mengangguk pelan, mengisyaratkan bahwa ia telah mengetahui hal tersebut. Namun, kekhawatiran yang memenuhi hatinya tak bisa diabaikan begitu saja.

"Iya, Bu, saya sudah tahu," jawab Glenca dengan suara yang terdengar ragu. "Tapi..."
Glenca terdiam sejenak, menggulum bibirnya dengan cemas. Ia merasa sulit untuk mengungkapkan perasaannya yang bergejolak di hadapan Lasmi,

Daniswara melihat kegelisahan di wajah Glenca dan mencoba memberikan dukungan. "Kami tahu glenca, Gini weh kita coba hubungi orang tua kamu, siapa tahu mereka mau datang kesini."

Mendengar perkataan Daniswara, Glenca langsung menjawab dengan cepat

"Tidak, Pak! Tidak usah!" potong Glenca dengan cepat, tak ingin orang tuanya terlibat. "Saya sudah siap, gapapa Walimah bisa diwakilkan oleh orang lain."

Glenca tahu jika orang tuanya mengetahui keputusannya, pasti akan marah dan kecewa. Ia tak ingin menghadapinya, lebih memilih menghadapi segala konsekuensi sendiri.

Keesokan harinya, Glenca berada di kamarnya, sedang bersiap-siap untuk hari yang paling penting dalam hidupnya.

Lasmita sibuk menimang-nimang bayi Jevariel, berusaha membuatnya tertidur sementara Glenca duduk di kursi rias, sedang dihias oleh seorang Makeup Artist yang telah disewa dari luar.

Glenca memang sudah cantik secara alami, namun dengan makeup pengantin dan baju kebaya yang melilit tubuhnya, ia terlihat lebih memukau dari biasanya.

Lasmita, meskipun masih belum sepenuhnya merestui hubungan ini, terdiam terbelalak melihat sosok Glenca yang mengenakan baju pengantin. Ia tak bisa menolak keindahan yang terpancar dari calon menantunya yang memiliki darah blasteran Korea.

Meskipun perasaan campur aduk memenuhi hatinya, ia tak bisa mengabaikan betapa cantiknya Glenca saat ini.

"Sudah siap?" tanya Lasmita dengan suara lembut, berusaha menenangkan Glenca yang mungkin juga merasakan kecemasan yang sama dengannya.

"Ayok, kita turun. Bapak pasti sudah menunggu bersama Elkairo

Glenca mengangguk pelan, mencoba mengatasi gelombang cemas dengan gugup yang berkecamuk di dalam hatinya.Glenca berdiri tegak, bangkit dari kursi rias yang telah menjadi saksi dari perubahan fisiknya.

Matanya terfokus pada dirinya sendiri yang tercermin di cermin di depannya. Ia tidak bisa menyangka bahwa hari ini, saat ini, ia benar-benar akan menikah dengan Elkairo, pria yang ia temui 10 bulan lalu saat melakukan KKN di rumah sakit yang sama.

Dengan hati yang penuh campuran antara gugup, Glenca mulai berjalan menuju tangga,penata rias MUA yang mendampinginya memberikan bantuan agar ia bisa menuruni tangga dengan lancar.

Setiap langkah yang diambilnya terasa begitu berat, seakan-akan tangga itu menjadi simbol dari perjalanan hidupnya yang akan segera berubah.

Elkairo, pria yang akan menjadi suaminya, telah menunggu di bawah. Ia memakai stelan jas pangsi khas Sunda berwarna hitam, tampil dengan begitu gagah. Namun, saat melihat Glenca turun dari tangga, ia tak bisa menyembunyikan kagumnya. Kecantikan Glenca telah menghipnotisnya .

Ketika mata mereka bertemu, jantung Elkairo mulai berdetak kencang, tidak karuan. Ia tidak bisa menahan perasaan gugup yang menyelinap masuk ke dalam dirinya.

Keringat dingin mulai mengalir di pelipisnya saat ia memasuki mobil. Ia mencoba mengatur napasnya, mencoba menenangkan diri sebelum momen yang begitu penting ini berlangsung.

Dengan persiapan yang telah lengkap, mereka melaju dengan mobil menuju kantor urusan agama. Di dalam mobil yang penuh dengan keheningan, Glenca merenung tentang segala perubahan yang akan terjadi dalam hidupnya.

"Bismillahirrahmanirrahim Saudara Elkairo Putra Erlangga bin Daniswara Permana Erlangga, saya nikahkan dan saya kawinkan Anda dengan Glenca Lysandra Zefalika binti Chun Jun-Hoe, yang walinya telah mewakilkan kepada saya untuk menikahkannya dengan Anda, dengan mas kawin logam mulia emas seberat 150 gram dibayar tunai," ucap penghulu dengan suara khasnya yang tenang
Elkairo,

tanpa ragu-ragu, menjawab dengan lantang, "SAYA terima nikah dan kawinnya!" Suaranya terdengar jelas,
"... dibayar tunai!" Finalnya Dengan satu tarikan nafasnya, ia menghempaskan tangan yang tegap bersalaman dengan lelaki paruh baya yang bertindak sebagai wali nikah Glenca.

Beberapa orang di ruangan, termasuk penghulu, mengucapkan "Sahhh!" Secara bersamaan. Setiap kata yang terucap menambah berat dan keabsahan pada janji pernikahan ini.

"Alhamdulillah," ucap penghulu dengan penuh syukur. Ia pun kemudian membacakan doa setelah pernikahan sah, memohon keberkahan dan kebahagiaan bagi pasangan yang baru saja mengikat janji cinta mereka.

Glenca, dengan hati yang berdebar-debar, diarahkan untuk mencium tangan Elkairo yang telah sah menjadi suaminya. bibirnya menyentuh kulit tangan Elkairo yang dingin

Bibir Elkairo dengan lembut menyentuh dahi Glenca, meninggalkan rasa getir yang tak terlupakan. Mereka saling memandang dengan tatapan penuh makna saat mereka mengenakan cincin pernikahan yang indah di jari manis masing-masing, mengukuhkan janji mereka yang abadi.

Ketika Glenca mengangkat kepalanya, Elkairo melihat mata Glenca yang berkaca-kaca, berusaha menahan air mata yang ingin meleleh. Elkairo menatapnya dengan kekhawatiran, diam-diam bertanya-tanya apa yang sedang dirasakan oleh Glenca.

Namun, tak perlu kata-kata untuk menjawabnya, karena Glenca mengembangkan senyuman kecil yang memberikan kelegaan bagi hati Elkairo.

Setelah acara pernikahan selesai, mereka melanjutkan dengan sesi pemotretan, mengabadikan momen-momen indah sebagai kenangan yang akan mereka pajang di rumah.

Namun, di balik kebahagiaan yang mereka rasakan, ada keragu-raguan dan kecemasan yang menghampiri hati Glenca. Perasaan bercampur aduk melanda hatinya.

Ia merasa haru melihat ikatan pernikahan yang baru saja terjadi, namun juga cemas dengan masa depan yang akan dihadapinya setelah pernikahan ini.

Glenca berpikir apa yang akan dikatakan oleh papahnya dan keluarganya ketika dirinya sudah menikah dan jika keluarga Erlangga mengetahui bahwa bayi Jevariel bukanlah anak biologisnya dengan Elkairo.

Apakah keluarga Erlangga akan tetap menerima Glenca jika kebenaran itu terungkap?

Glenca masuk ke dalam kamar dengan langkah gontai, hatinya terasa berat dan terbebani oleh keputusan yang telah diambilnya. Ia merasa terbelenggu oleh pilihan hidupnya yang membuatnya menjadi istri dari seorang pria yang begitu baik hati, Elkairo, yang mau menikahinya demi menjadi orang tua bagi bayi Jevariel, meskipun bukanlah anak kandung mereka.

Bersambung

Rumah untuk Jevariel [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang