🍼Bab 21 [Revisi done✓]🍼

2.4K 90 1
                                    

Elkairo mengerutkan kening, heran akan keberadaan istrinya. Dengan perlahan, ia bangun dari ranjang, berusaha tidak membangunkan Jevariel.

Elkairo terkejut dan segera duduk dengan posisi tegak saat melihat pemandangan di hadapannya. Ternyata, sang istri, Glenca, sedang khusyuk mengaji Al-Qur'an dengan menggunakan mukena di atas sejadah yang diletakkan dekat rak-rak pajangan di sebelah kanan ruangan kamar.

Melihat istrinya yang begitu khusyuk dalam beribadah, hati Elkairo terasa hangat. Ia terlarut dalam lamunan, memperhatikan setiap gerakan dan ekspresi Glenca yang penuh kekhusyukan.

Setelah Glenca selesai mengakhiri bacaannya, ia menoleh ke belakang, menyadari Elkairo telah terbangun dari tidurnya.

"Eh, Mas, sudah bangun? Ayok, shalat berjamaah!" ucap Glenca sambil tersenyum begitu indah. Senyuman Glenca yang manis seperti madu, disertai dengan tutur kata lembutnya, membuat mata Elkairo yang awalnya masih terasa ngantuk, kini menjadi melek sepenuhnya.

"Hah? I-iya, tunggu, aku mau mandi wajib dulu,eh kamu udah mandi wajib belum?" Elkairo bertanya dengan terbata-bata, sedikit gugup melihat pemandangan yang tersaji di hadapannya.

Glenca terkikik geli melihat reaksi salah tingkah suaminya. "Udah kok, Mas. Ayo, nanti kita shalat subuh berjamaah," ajaknya seraya bangkit dari tempat duduknya, menyimpan Al-Qur'an yang ia gunakan.

"Ya-yaudah, Mas. Eh, maksudnya, aku mandi dulu!" ujar Elkairo dengan rasa kikuk. Ia buru-buru mengambil handuk dan segera masuk ke dalam kamar mandi, ingin segera membersihkan diri.

Tak lama kemudian, Elkairo keluar dari kamar mandi dengan postur tegap. Ia menuju ke ruang tengah, bergabung dengan Glenca yang telah siap untuk melaksanakan shalat subuh bersama.

"Assalamualaikum warahmatullah.." Elkairo menoleh ke arah kanan, mengisyaratkan bahwa shalat telah selesai, lalu beralih ke arah kiri, memberi salam. Setelah itu, ia duduk bersila untuk memanjatkan doa.

Glenca, dengan gerakan lembut, meminta salam pada Elkairo sambil berniat untuk mencium tangan suaminya. Elkairo tersenyum, membalas salam Glenca dengan penuh kasih.

Elkairo, yang masih belum terbiasa dengan keberadaan Glenca, harus mulai membiasakan dirinya dengan situasi baru ini. Ia merasa perlu untuk meminta maaf atas sikapnya kemarin.

"Glen, maafin aku kemarin udah bersikap dingin sama kamu!" ujar Elkairo lembut, perlahan mengelus kepala istrinya yang ditutupi oleh mukena.

Glenca menoleh, menatap Elkairo dengan tatapan lembut. "Iya, tidak apa-apa, Mas. Aku juga mengerti kenapa kamu begitu. Seharusnya, aku yang meminta maaf karena telah merepotkanmu!" jawabnya penuh pengertian.

Namun, ucapan Glenca langsung diinterupsi oleh Elkairo. "Ssst! Jangan ngomong gitu lagi! Kalau kamu berani minta maaf tentang itu, Mas bakalan ngasih hukuman melebihi hukuman yang semalam!" ujarnya dengan nada bercanda, namun tersirat ancaman di dalamnya.

Glenca terkejut dan merasa malu ketika suaminya membahas apa yang mereka lakukan semalam. Dengan cepat, ia menutup mulut Elkairo dengan kedua tangannya, mendekatkan tubuhnya ke depan suaminya. Matanya membulat sempurna, seakan memancarkan rasa malu yang mendalam.

Elkairo terkekeh geli melihat reaksi istrinya. Ia meraih tangan Glenca, menurunkannya dengan lembut. Kemudian, ia membelai pipi Glenca, menatapnya dengan penuh kasih.

Rumah untuk Jevariel [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang