"Kudengar Eunwoo akan mengajarimu belajar?" tanya Mingyu sembari memainkan ponselnya.
Dahyun yang tengah mengerjakan soal latihan pun menoleh ke arah oppanya itu. "Iya, karena aku hanya perlu membayar 10.000 won saja. Oppa bayangkan mana ada bimbingan belajar semurah itu."
"10.000 won?"
Dahyun menganggukkan kepalanya. "Iya. Awalnya Eunwoo Oppa menawarkan secara gratis tapi aku merasa tidak enak. Kemudian Eunwoo Oppa bilang aku hanya perlu membayar 10.000 won. Hitung-hitung untuk membantu membayar uang sewa apartemen nya. Otomatis bisa disebut sebagai simbiosis mutualisme. Eunwoo Oppa membantuku belajar dan aku membantu Eunwoo Oppa membayar sewa apartemennya."
Mingyu langsung mematikan ponselnya dan tertawa kencang. Dahyun yang melihat itu mulai kebingungan. "Apakah ada yang lucu, oppa?"
"Apakah kau tau K-Group?" tanya Mingyu.
"Perusahaan besar yang punya cabang di berbagai bidang? Minimarket dekat rumah kita juga milik K-Group. Apartemen dekat universitas oppa juga milik K-Group. Terus masih banyak lagi yang merupakan anak perusahaan mereka. Tapi apa hubungannya dengan pembahasan aku membayar 10.000 won untuk membantu Eunwoo Oppa membayar uang sewa apartemennya." Dahyun kembali memasang wajah kebingungannya.
"Sekarang kau coba gunakan internet di ponselmu itu untuk mencari siapa cucu dari pemilik K-Group !" perintah Mingyu.
Dahyun mengikuti perintah Mingyu. Ia membuka ponselnya dan mulai mencari di situs pencarian. Ia mengetik sesuai kata kunci yang diucapkan Mingyu dan muncullah satu nama yang ia kenal yaitu Ahn Eunwoo. Dahyun tercengang seketika dan menatap Mingyu dengan serius.
"Ini serius? Eunwoo Oppa, temanmu itu, adalah konglomerat generasi ketiga?" tanya Dahyun yang masih tidak percaya dengan penglihatannya.
Mingyu tersenyum dan berkata, "Sesuai yang kau lihat."
***
Siang ini, Dahyun sudah berada di salah satu kafe yang berada di dekat universitas oppanya. Bukan tanpa alasan dia berada di sana. Pasalnya tadi pagi, Eunwoo menelponnya agar sesi belajar pertamanya dilakukan di kafe itu setelah ia selesai mengikuti kelasnya hari itu.
Setelah beberapa menit menunggu, suara lonceng yang menandakan ada yang masuk ke kafe itu pun berdenting. Dahyun menoleh ke asal suara itu. Ternyata itu adalah Eunwoo. Laki-laki itu mengenakan sweater berwarna putih dan celana kain berwarna cokelat muda. Untuk kesekian kalinya, Dahyun harus mengakui bahwa pria itu sangat tampan.
"Sudah lama menungguku?"
"Tidak kok. Tidak terlalu lama." Dahyun tersenyum.
"Syukurlah. Ayo kita naik ke lantai atas. Disana lebih nyaman untuk belajar!" ajak Eunwoo.
Eunwoo berjalan di depan, sedangkan Dahyun hanya mengikutinya sembari menenteng tasnya seperti anak ayam yang mengikuti induknya. Mereka berdua naik ke lantai dua dari kafe tersebut. Dahyun mulai terkesima ketika sampai di sana. Banyak alat musik ada di sana, beberapa rak buku yang penuh dengan buku, dan banyak hal lainnya.
"Jangan bilang kafe ini milikmu, oppa," ujar Dahyun masih melebarkan pandangannya ke seluruh arah ruangan itu.
Eunwoo tersenyum dan menjawab, "Sesuai dugaanmu, Dahyun-ah."
Mereka berdua duduk di lantai dengan meja yang tidak terlalu tinggi di depannya. Dahyun mulai mengeluarkan bukunya agar sesi belajar-mengajarnya dapat segera dimulai. Eunwoo segera mengambil alih buku-buku itu dan mulai menjelaskan beberapa metode matematika pada Dahyun, sebelum fokus perempuan itu mulai terganggu dengan suasana ruang tempat mereka belajar sekarang yang bisa dibilang cukup mewah.
Baru satu jam belajar bersama Eunwoo membuat Dahyun bisa menyimpulkan sesuatu. Bahwa Eunwoo adalah guru yang hebat. Matematika yang selama ini sangat sangat rumit menjadi lebih mudah dipahami. Namun yang namanya Matematika tetaplah Matematika. Kepala Dahyun tetap saja sakit meskipun sudah paham dengan cara pengerjaannya.
"Sepertinya aku akan mengubah cita-citaku," keluh Dahyun sembari menaruh pipi kanannya di atas meja.
Eunwoo yang sedari tadi terus mengoceh mengenai rumus matematika mulai menghentikan penjelasannya dan ikut menaruh pipi kirinya di atas meja sehingga sekarang posisi mereka berdua saling berhadapan.
"Kemudian kamu ingin mengubah cita-citamu menjadi apa?"
"Konglomerat generasi ketiga. Bukankah itu cita-cita yang paling bagus untuk saat ini." Dahyun mengatakan itu sambil tertawa kecil.
Tawa Dahyun itu bersifat menular. Eunwoo yang melihat itu ikut tertawa kecil. "Sepertinya kamu sudah melihat biografiku di internet."
"Aku cukup terkejut lho, Oppa saat menemukan namamu di internet. Soalnya kalau dilihat dari wajahmu saat menawarkanku untuk diajarkan belajar, wajahmu itu merupakan wajah-wajah yang sedang butuh uang. Nyatanya yang lebih membutuhkannya tetap diriku sendiri."
"Semiskin itukah wajahku?" tanya Eunwoo.
Dahyun kembali tertawa saat mendengar pertanyaan itu keluar dari mulut Eunwoo. "Iya, akhirnya kamu sadar juga. Tapi untuk mencapai cita-cita baruku itu sangatlah tidak mungkin. Orang tuaku bukanlah konglomerat begitu juga kakek dan nenekku. Jika aku yang berjuang keras menjadi Konglomerat, maka aku akan menjadi konglomerat generasi pertama bukan ketiga. Cita-cita ini cukup sulit untuk tercapai."
"Padahal ada cara yang sangat mudah lho. Kau pasti dijamin menjadi konglomerat generasi ketiga." Eunwoo menatap kedua bola mata Dahyun yang bersinar itu dengan lembut.
Semburat merah di kedua pipi Dahyun itu sedikit terlihat akibat tatapan Eunwoo yang dinilainya sangat manis dan tampan. "Oh ya? Bagaimana caranya?"
Sambil tersenyum dan menatap Dahyun lebih dalam lagi, Eunwoo menjawab, "Menikahlah denganku. Aku adalah konglomerat generasi ketiga. Maka, secara tidak langsung kamu akan menjadi konglomerat generasi ketiga juga."
Perasaan Dahyun tidak bisa dideskripsikan lagi sekarang. Jantungnya berdetak dengan cepat. Semburat merah di pipinya semakin terlihat. Ucapan tiba-tiba dari Eunwoo itu membuat perasaannya tidak karuan sekarang. Diajak menikah oleh laki-laki tampan adalah hal yang sangat tidak bisa diprediksi oleh dirinya.
"Bercandaanmu ini tidaklah lucu, Oppa." Dahyun pura-pura sedang merajuk.
"Aku serius lho. Aku, konglomerat generasi ketiga dari keluarga Ahn, pemilik K-Group. Mengajakmu untuk menjalin hubungan denganku. Jika ingin langsung menikah juga tidak masalah."
"Tapi kenapa aku?" tanya Dahyun kebingungan.
Di sisi lain, Dahyun memang senang dengan ajakan Eunwoo barusan. Yang secara tidak langsung menyiratkan Eunwoo menginginkan dirinya. Tetapi, ajakan itu juga membuat dirinya menjadi rendah diri dan mulai berpikir kenapa dirinya yang diajak seperti itu. Dahyun merasa tidak pantas untuk bersanding dengan laki-laki yang sangatlah sempurna menurutnya itu.
Meskipun dirinya memang memiliki perasaan pada Eunwoo belum lama ini. Tetapi rasa percaya diri tetapi selalu menghantuinya.
-----------------------------------------------------------------------
Ayo coba kita semangatin Dahyunnya agar bisa lebih percaya diri lagi!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dahyun Shot
FanfictionSongfic & Fanfic Kumpulan kisah cinta Dahyun dengan idol pria lain dalam bentuk Oneshot, Twoshot, dan Threeshot.